Asal-usul Walikan, Bahasa Unik yang Membalik Kata

waktu baca 3 menit
Kamis, 9 Mei 2024 09:39 0 49 Fatimah

Asal-usul Walikan, Bahasa Unik yang Membalik Kata

Ligaponsel.com – Begini Asal-usul Bahasa di Malang yang Dibolak-balik

Bahasa Malang yang dibolak-balik, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Walikan, adalah sebuah fenomena bahasa yang unik dan menarik yang berkembang di masyarakat Malang, Jawa Timur. Bahasa ini menggunakan sistem pembalikan kata-kata, di mana setiap kata yang diucapkan dibalik urutan suku katanya.

Asal-usul Walikan sendiri belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa teori yang berkembang di masyarakat. Salah satu teori menyebutkan bahwa Walikan berasal dari tradisi masyarakat Malang yang suka bercanda dan mengejek. Mereka seringkali membalik-balik kata-kata untuk membuat lawan bicara mereka tertawa.

Teori lainnya menyebutkan bahwa Walikan berasal dari pengaruh bahasa Sansekerta. Dalam bahasa Sansekerta, terdapat banyak kata yang menggunakan akhiran “-an”. Akhiran ini seringkali dibalik oleh masyarakat Malang, sehingga menjadi “-na”. Misalnya, kata “makan” menjadi “namak”.

Apapun asal-usulnya, Walikan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya masyarakat Malang. Bahasa ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, terutama di kalangan anak muda. Walikan juga sering digunakan dalam kesenian tradisional Malang, seperti ludruk dan topeng malangan.

Bagi wisatawan yang berkunjung ke Malang, Walikan bisa menjadi pengalaman yang menarik dan menantang. Meskipun sekilas terlihat mudah, namun memahami dan berbicara Walikan membutuhkan latihan dan kebiasaan. Tapi jangan khawatir, masyarakat Malang biasanya sangat ramah dan sabar dalam mengajari wisatawan yang ingin belajar Walikan.

Begini Asal-usul Bahasa di Malang yang Dibolak-balik

Bahasa Malang yang dibolak-balik, atau Walikan, punya asal-usul yang unik dan menarik. Bahasa ini punya empat aspek penting, yaitu:

  • Pembalikan kata: Kata-kata dibalik urutan suku katanya.
  • Tradisi bercanda: Walikan berawal dari kebiasaan masyarakat Malang yang suka bercanda.
  • Pengaruh Sansekerta: Akhiran “-an” dalam bahasa Sansekerta sering dibalik menjadi “-na” dalam Walikan.
  • Budaya Malang: Walikan sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Malang dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Keempat aspek ini saling terkait dan membentuk Walikan menjadi bahasa yang unik dan khas Malang. Walikan tidak hanya sekadar bahasa yang dibolak-balik, tetapi juga cerminan dari budaya masyarakat Malang yang humoris dan kreatif.

Pembalikan kata

Yang bikin Walikan unik adalah cara pengucapannya yang membalik urutan suku kata setiap kata. Misalnya, “Malang” jadi “Naglam”.

Cara ini bikin Walikan jadi bahasa yang unik dan khas banget Malang. Nggak cuma itu, Walikan juga jadi ajang bercanda dan hiburan bagi masyarakat Malang.

Tradisi bercanda

Masyarakat Malang terkenal dengan sifatnya yang humoris dan suka bercanda. Dari sinilah Walikan lahir, sebagai salah satu cara masyarakat Malang untuk mengekspresikan humor mereka.

Orang Malang sering membalik-balik kata-kata saat berbicara, terutama saat bercanda dengan teman atau keluarga. Kebiasaan ini kemudian berkembang menjadi sebuah bahasa tersendiri, yaitu Walikan.

Walikan tidak hanya digunakan untuk bercanda, tapi juga sebagai cara untuk mengakrabkan diri dan membangun kedekatan. Orang Malang yang berbicara Walikan biasanya akan terlihat lebih santai dan bersahabat.

Pengaruh Sansekerta

Bahasa Sansekerta, bahasa kuno India, juga punya pengaruh dalam pembentukan Walikan. Salah satu pengaruhnya adalah penggunaan akhiran “-an” yang sering dibalik menjadi “-na” dalam Walikan.

Misalnya, kata “makan” dalam bahasa Indonesia menjadi “namak” dalam Walikan. Pengaruh ini menunjukkan adanya pertukaran budaya dan bahasa antara masyarakat Malang dengan India pada masa lalu.

Budaya Malang

Siapa sih yang nggak kenal Walikan? Bahasa khas Malang yang dibolak-balik ini udah jadi bagian dari budaya masyarakat Malang banget.

Orang Malang sering banget ngobrol pake Walikan, baik dalam situasi formal maupun non-formal. Bahkan, ada juga kesenian tradisional Malang yang menggunakan Walikan, seperti ludruk dan topeng malangan.