Sejarah Bahasa Indonesia: Peran Penting Kesultanan Riau Lingga

waktu baca 4 menit
Rabu, 8 Mei 2024 19:07 0 63 Fatimah

Sejarah Bahasa Indonesia: Peran Penting Kesultanan Riau Lingga

Ligaponsel.com – Kesultanan Riau Lingga yang Jadikan Melayu Jadi Bahasa Resmi Indonesia adalah sebuah kerajaan Melayu yang berdiri pada abad ke-18 di wilayah Kepulauan Riau. Kesultanan ini berperan penting dalam menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi Indonesia.

Pada awalnya, bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa perdagangan dan komunikasi di kawasan Nusantara. Namun, setelah Kesultanan Riau Lingga berdiri, bahasa Melayu mulai diangkat menjadi bahasa resmi kerajaan. Hal ini dilakukan oleh Sultan Mahmud Muzaffar Syah pada tahun 1811.

Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kerajaan memiliki dampak yang besar terhadap penyebaran bahasa Melayu di seluruh Nusantara. Para pedagang dan saudagar dari berbagai daerah yang datang ke Riau Lingga membawa serta bahasa Melayu ke daerah asal mereka. Selain itu, Kesultanan Riau Lingga juga menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, sehingga bahasa Melayu turut menyebar ke daerah-daerah tersebut.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa resmi negara. Hal ini karena bahasa Melayu telah menjadi lingua franca di seluruh Nusantara dan memiliki sejarah panjang sebagai bahasa persatuan.

Kesultanan Riau Lingga memiliki peran penting dalam menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi Indonesia. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kerajaan pada masa Kesultanan Riau Lingga telah berkontribusi besar terhadap penyebaran dan perkembangan bahasa Melayu di seluruh Nusantara.

Kesultanan Riau Lingga yang Jadikan Melayu Jadi Bahasa Resmi Indonesia

Kesultanan Riau Lingga punya peran penting dalam menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi Indonesia. Berikut 5 aspek pentingnya:

  1. Pusat perdagangan
  2. Bahasa pengantar
  3. Bahasa diplomasi
  4. Lingua franca
  5. Bahasa resmi negara

Sebagai pusat perdagangan, Riau Lingga menjadi tempat berkumpulnya pedagang dari berbagai daerah. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pengantar dalam perdagangan, sehingga menyebar ke seluruh Nusantara.

Selain itu, Kesultanan Riau Lingga juga menggunakan bahasa Melayu dalam hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain. Hal ini membuat bahasa Melayu semakin dikenal dan digunakan di Nusantara.

Setelah Indonesia merdeka, bahasa Melayu dijadikan sebagai lingua franca, yaitu bahasa penghubung antar daerah yang berbeda bahasa. Bahasa Melayu kemudian ditetapkan sebagai bahasa resmi negara pada tahun 1945.

Pusat perdagangan

Sebagai pusat perdagangan, Riau Lingga menjadi tempat berkumpulnya pedagang dari berbagai daerah. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pengantar dalam perdagangan, sehingga menyebar ke seluruh Nusantara.

Contohnya, pedagang dari Aceh menggunakan bahasa Melayu saat berdagang di Riau Lingga. Setelah kembali ke Aceh, mereka juga menggunakan bahasa Melayu dalam perdagangan di daerahnya. Lama-kelamaan, bahasa Melayu menjadi bahasa yang umum digunakan di Aceh.

Proses yang sama juga terjadi di daerah-daerah lain di Nusantara. Para pedagang yang datang ke Riau Lingga membawa serta bahasa Melayu ke daerah asal mereka. Hal ini membuat bahasa Melayu semakin dikenal dan digunakan di seluruh Nusantara.

Bahasa pengantar

Selain sebagai pusat perdagangan, Kesultanan Riau Lingga juga menjadi pusat pendidikan dan kebudayaan. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, sehingga menyebar ke seluruh Nusantara.

Contohnya, pada tahun 1824, Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah mendirikan sekolah bernama Madrasah al-Malikiyah. Sekolah ini menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Lulusan Madrasah al-Malikiyah kemudian menjadi tokoh-tokoh penting di Nusantara, dan mereka membawa serta bahasa Melayu ke daerah asal mereka.

Selain itu, Kesultanan Riau Lingga juga memiliki tradisi sastra yang kuat. Karya-karya sastra Melayu dari Riau Lingga banyak dibaca dan dipelajari di seluruh Nusantara. Hal ini juga turut menyebarkan bahasa Melayu.

Bahasa diplomasi

Kesultanan Riau Lingga juga menggunakan bahasa Melayu dalam hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain. Hal ini membuat bahasa Melayu semakin dikenal dan digunakan di Nusantara.

Contohnya, pada tahun 1824, Kesultanan Riau Lingga menjalin hubungan diplomatik dengan Kerajaan Inggris. Dalam perjanjian yang ditandatangani, bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi perjanjian.

Penggunaan bahasa Melayu dalam hubungan diplomatik menunjukkan bahwa bahasa Melayu telah menjadi bahasa yang penting dan disegani di Nusantara.

Lingua franca

Setelah menjadi bahasa perdagangan, bahasa Melayu juga menjadi lingua franca, yaitu bahasa penghubung antar daerah yang berbeda bahasa. Hal ini terjadi karena bahasa Melayu sudah dikenal dan digunakan di seluruh Nusantara.

Contohnya, pada abad ke-19, bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pengantar dalam Kongres Pemuda II yang dihadiri oleh pemuda-pemuda dari berbagai daerah di Indonesia. Bahasa Melayu juga digunakan dalam Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada kongres tersebut.

Penggunaan bahasa Melayu sebagai lingua franca menunjukkan bahwa bahasa Melayu telah menjadi bahasa yang penting dan menyatukan bangsa Indonesia.

Bahasa resmi negara

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa resmi negara. Hal ini karena bahasa Melayu telah menjadi lingua franca di seluruh Nusantara dan memiliki sejarah panjang sebagai bahasa persatuan.

Penetapan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi negara merupakan bukti nyata peran penting Kesultanan Riau Lingga dalam menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia.