Rahasia Tradisi Syattariyah yang Terjaga Ratusan Tahun

waktu baca 3 menit
Senin, 13 Mei 2024 18:17 0 19 Fatimah

Rahasia Tradisi Syattariyah yang Terjaga Ratusan Tahun


4 Tradisi yang Dipertahankan Masyarakat Syattariyah Sumbar hingga Kini

Masyarakat Syattariyah merupakan salah satu kelompok masyarakat adat di Sumatera Barat yang memiliki tradisi dan budaya yang unik. Hingga kini, masih terdapat beberapa tradisi yang dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat Syattariyah. Berikut adalah 4 tradisi tersebut:

  1. Makan Bajamba

Makan Bajamba merupakan tradisi makan bersama yang dilakukan oleh masyarakat Syattariyah. Tradisi ini biasanya dilakukan pada acara-acara besar, seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian. Makanan yang disajikan dalam Makan Bajamba biasanya berupa nasi, lauk-pauk, dan sayuran yang diletakkan di atas talam besar.

  1. Maarak Aqiqah

Maarak Aqiqah adalah tradisi mengarak bayi yang baru lahir. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk syukur atas kelahiran sang bayi. Bayi yang diarak biasanya dipakaikan pakaian adat dan digendong oleh seorang perempuan yang masih perawan.

  1. Batimbang Tando

Batimbang Tando adalah tradisi menimbang berat badan bayi yang baru lahir. Tradisi ini dilakukan untuk mengetahui berat badan bayi dan sebagai bentuk doa agar bayi tersebut tumbuh sehat dan kuat. Berat badan bayi biasanya ditimbang menggunakan timbangan tradisional yang terbuat dari kayu.

  1. Manjapuik Marapulai

Manjapuik Marapulai adalah tradisi menjemput pengantin pria. Tradisi ini dilakukan oleh pihak keluarga pengantin wanita. Pengantin pria biasanya dijemput dengan menggunakan tandu yang diarak oleh sekelompok orang.Keempat tradisi tersebut merupakan bagian penting dari kebudayaan masyarakat Syattariyah. Tradisi-tradisi tersebut masih dipertahankan hingga kini sebagai bentuk pelestarian budaya dan jati diri masyarakat Syattariyah.

4 Tradisi yang Dipertahankan Masyarakat Syattariyah Sumbar hingga Kini

Keunikan tradisi Syattariyah, budaya lestari nan hidup.

  • Makan Bajamba: Kuliner kebersamaan yang sakral.
  • Maarak Aqiqah: Arak-arakan bayi, doa dan berkah.
  • Batimbang Tando: Menimbang berat, simbol harapan.
  • Manjapuik Marapulai: Menjemput sang pujaan, adat yang sakral.

Tradisi ini tak sekadar ritual, tapi nafas kehidupan masyarakat Syattariyah. Melestarikannya, menjaga identitas, memperkuat ikatan.

Makan Bajamba

Makan Bajamba, tradisi makan bersama yang sakral, di mana masyarakat Syattariyah berkumpul, menyantap hidangan di atas talam besar. Bukan sekadar makan, namun simbol kebersamaan, mempererat tali silaturahmi.

Dalam setiap suapan nasi, tersimpan doa dan harapan. Lauk-pauk yang beraneka ragam, merepresentasikan keberagaman masyarakat Syattariyah yang hidup harmonis. Makan Bajamba, bukan hanya mengenyangkan perut, tapi juga jiwa.

Maarak Aqiqah

Maarak Aqiqah, tradisi mengarak bayi yang baru lahir, diiringi doa dan berkah yang tak henti mengalir. Bayi mungil yang dibalut pakaian adat, digendong dengan penuh kasih sayang. Arak-arakan ini bukan sekadar ritual, namun ungkapan rasa syukur atas kelahiran sang buah hati.

Setiap langkah yang diambil, adalah doa yang dipanjatkan. Agar bayi tumbuh sehat, kuat, dan menjadi kebanggaan keluarga. Maarak Aqiqah, tradisi yang terus dijaga, melestarikan budaya dan memperkuat ikatan kekeluargaan dalam masyarakat Syattariyah.

Batimbang Tando

Dalam tradisi Batimbang Tando, bayi yang baru lahir ditimbang berat badannya. Bukan sekadar angka, berat badan ini menjadi simbol harapan dan doa. Masyarakat Syattariyah percaya, bayi yang lahir dengan berat badan yang baik, akan tumbuh sehat dan kuat.

Timbangan tradisional yang digunakan, terbuat dari kayu dan dihiasi dengan ukiran-ukiran indah. Setiap ukiran memiliki makna dan doa yang menyertainya. Berat badan bayi yang ditimbang, akan dikonversi menjadi nilai tertentu, yang kemudian akan dibagikan kepada orang yang membutuhkan.

Manjapuik Marapulai

Dalam tradisi Manjapuik Marapulai, pihak keluarga pengantin perempuan menjemput pengantin pria dengan tandu yang diarak. Suasana sakral dan penuh suka cita berpadu dalam prosesi ini.

Pengantin pria yang gagah perkasa diarak menuju rumah mempelai wanita, diiringi alunan musik tradisional. Masyarakat berjejer di sepanjang jalan, memberikan doa dan restu kepada kedua mempelai.

Tradisi Manjapuik Marapulai tidak hanya sekadar prosesi adat, namun juga simbolisasi kebersamaan dan harapan. Masyarakat Syattariyah percaya, pernikahan adalah awal dari kehidupan baru yang penuh berkah.