Terungkap! Praktik Licik Sekolah di Balik Program Study Tour

waktu baca 6 menit
Kamis, 16 Mei 2024 14:54 0 7 Silvy

Terungkap! Praktik Licik Sekolah di Balik Program Study Tour

Ligaponsel.com – Blak-blakan! Pengusaha Travel Bongkar Praktik Licik Sekolah di Program Study Tour

Praktik licik sekolah dalam program study tour kembali dibongkar oleh pengusaha travel. Mereka membeberkan modus operandi yang dilakukan oknum sekolah untuk mengeruk keuntungan dari kegiatan tersebut.

Salah satu modus yang paling umum adalah dengan me-mark up harga paket study tour. Sekolah bekerja sama dengan agen travel tertentu yang memberikan harga khusus kepada sekolah. Namun, harga tersebut kemudian dinaikkan hingga dua kali lipat dari harga sebenarnya dan dibebankan kepada siswa.

Selain itu, ada juga praktik penggelembungan biaya transportasi. Sekolah menyewa bus dengan harga normal, namun kemudian membebankan biaya transportasi yang lebih tinggi kepada siswa dengan alasan biaya operasional dan asuransi.

Praktik licik lainnya adalah dengan memotong biaya makan dan penginapan. Sekolah memesan makanan dan penginapan dengan harga murah, namun kemudian membebankan biaya yang lebih tinggi kepada siswa dengan alasan kualitas makanan dan penginapan yang lebih baik.

Praktik-praktik licik ini sangat merugikan siswa dan orang tua. Mereka terpaksa membayar biaya study tour yang jauh lebih mahal dari seharusnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk lebih kritis dan teliti dalam memilih program study tour yang ditawarkan oleh sekolah.

Ada beberapa tips yang bisa dilakukan orang tua untuk menghindari praktik licik sekolah dalam program study tour:

  • Minta rincian biaya study tour secara tertulis, termasuk biaya transportasi, makanan, penginapan, dan biaya lainnya.
  • Bandingkan biaya study tour yang ditawarkan oleh sekolah dengan biaya yang ditawarkan oleh agen travel lainnya.
  • Tanyakan kepada siswa tentang pengalaman mereka mengikuti study tour yang diselenggarakan oleh sekolah sebelumnya.
  • Laporkan kepada pihak berwenang jika menemukan adanya praktik licik dalam program study tour.

Dengan mengikuti tips tersebut, orang tua dapat menghindari praktik licik sekolah dan memastikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan pengalaman study tour yang bermanfaat dan menyenangkan.

Blak-blakan! Pengusaha Travel Bongkar Praktik Licik Sekolah di Program Study Tour

Praktik licik sekolah dalam program study tour kembali mencuat ke permukaan. Kali ini, pengusaha travel membongkar modus operandi yang dilakukan oknum sekolah untuk mengeruk keuntungan dari kegiatan tersebut.

Ada 5 aspek penting yang perlu diperhatikan terkait praktik licik ini:

  • Harga mark up: Sekolah menaikkan harga paket study tour hingga dua kali lipat dari harga sebenarnya.
  • Biaya transportasi digelapkan: Sekolah membebankan biaya transportasi yang lebih tinggi kepada siswa dengan alasan biaya operasional dan asuransi.
  • Makan dan penginapan dipotong: Sekolah memesan makanan dan penginapan dengan harga murah, tetapi membebankan biaya yang lebih tinggi kepada siswa dengan alasan kualitas yang lebih baik.
  • Kerja sama dengan agen travel tertentu: Sekolah bekerja sama dengan agen travel tertentu yang memberikan harga khusus kepada sekolah, tetapi harga tersebut kemudian dinaikkan dan dibebankan kepada siswa.
  • Kurangnya transparansi: Sekolah tidak memberikan rincian biaya study tour secara tertulis kepada siswa dan orang tua.

Praktik-praktik licik ini sangat merugikan siswa dan orang tua. Mereka terpaksa membayar biaya study tour yang jauh lebih mahal dari seharusnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk lebih kritis dan teliti dalam memilih program study tour yang ditawarkan oleh sekolah.

Harga mark up

Ini adalah salah satu praktik licik yang paling umum dilakukan sekolah. Mereka bekerja sama dengan agen travel tertentu yang memberikan harga khusus kepada sekolah. Namun, harga tersebut kemudian dinaikkan hingga dua kali lipat dari harga sebenarnya dan dibebankan kepada siswa.

Contohnya, sebuah sekolah menawarkan paket study tour ke Bali selama 3 hari 2 malam dengan harga Rp 2.000.000 per siswa. Namun, setelah ditelusuri, ternyata harga sebenarnya dari agen travel hanya Rp 1.000.000 per siswa. Artinya, sekolah menaikkan harga hingga 100%.

Praktik ini sangat merugikan siswa dan orang tua. Mereka terpaksa membayar biaya study tour yang jauh lebih mahal dari seharusnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk lebih kritis dan teliti dalam memilih program study tour yang ditawarkan oleh sekolah.

Mereka kemudian membebankan biaya tersebut kepada siswa dengan alasan biaya operasional dan asuransi. Padahal, biaya operasional dan asuransi tersebut sudah termasuk dalam harga sebenarnya dari agen travel.

Contohnya, sebuah sekolah menyewa bus untuk study tour ke Bandung dengan harga Rp 5.000.000. Namun, sekolah kemudian membebankan biaya transportasi sebesar Rp 7.000.000 kepada siswa dengan alasan biaya operasional dan asuransi. Artinya, sekolah menggelembungkan biaya transportasi sebesar Rp 2.000.000.

Praktik ini juga sangat merugikan siswa dan orang tua. Mereka terpaksa membayar biaya study tour yang jauh lebih mahal dari seharusnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk lebih kritis dan teliti dalam memilih program study tour yang ditawarkan oleh sekolah.

Makan dan penginapan dipotong

Praktik licik lainnya yang banyak dilakukan sekolah adalah memotong biaya makan dan penginapan.

Sekolah memesan makanan dan penginapan dengan harga murah, namun kemudian membebankan biaya yang lebih tinggi kepada siswa dengan alasan kualitas makanan dan penginapan yang lebih baik.

Contohnya, sebuah sekolah memesan kamar hotel untuk study tour ke Yogyakarta dengan harga Rp 200.000 per malam. Namun, sekolah kemudian membebankan biaya penginapan sebesar Rp 300.000 per malam kepada siswa dengan alasan kualitas hotel yang lebih baik.

Praktik ini juga sangat merugikan siswa dan orang tua. Mereka terpaksa membayar biaya study tour yang jauh lebih mahal dari seharusnya.

Kerja sama dengan agen travel tertentu: Sekolah bekerja sama dengan agen travel tertentu yang memberikan harga khusus kepada sekolah, tetapi harga tersebut kemudian dinaikkan dan dibebankan kepada siswa.

Selain menaikkan harga paket study tour dan menggelembungkan biaya transportasi, ada praktik licik lain yang dilakukan sekolah, yaitu bekerja sama dengan agen travel tertentu.

Sekolah bekerja sama dengan agen travel tertentu yang memberikan harga khusus kepada sekolah. Namun, harga tersebut kemudian dinaikkan dan dibebankan kepada siswa. Praktik ini sangat merugikan siswa dan orang tua karena mereka terpaksa membayar biaya study tour yang lebih mahal dari seharusnya.

Kurangnya transparansi: Sekolah tidak memberikan rincian biaya study tour secara tertulis kepada siswa dan orang tua.

Praktik licik sekolah dalam program study tour tidak hanya berhenti pada mark up harga, penggelembungan biaya, dan pemotongan biaya makan dan penginapan saja. Ada praktik licik lainnya yang tak kalah merugikan, yaitu kurangnya transparansi.

Sekolah tidak memberikan rincian biaya study tour secara tertulis kepada siswa dan orang tua. Akibatnya, siswa dan orang tua tidak mengetahui secara pasti berapa sebenarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti study tour tersebut.

Kurangnya transparansi ini membuka peluang bagi sekolah untuk melakukan kecurangan. Sekolah dapat dengan mudah menaikkan harga paket study tour atau menggelembungkan biaya-biaya lainnya tanpa sepengetahuan siswa dan orang tua.

Oleh karena itu, penting bagi siswa dan orang tua untuk meminta rincian biaya study tour secara tertulis sebelum memutuskan untuk mengikuti program tersebut.