IHSG Ambruk! Konflik Timur Tengah Makin Memanas

waktu baca 5 menit
Jumat, 17 Mei 2024 07:49 0 41 Silvy

IHSG Ambruk! Konflik Timur Tengah Makin Memanas

Ligaponsel.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah pada Selasa (7/3), terbayang sentimen negatif dari konflik di Timur Tengah dan potensi kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 1,29% atau 75,48 poin ke level 5.783,18. Pelemahan IHSG terjadi di tengah aksi jual investor asing yang mencatatkan jual bersih senilai Rp1,08 triliun.

Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, mengatakan bahwa sentimen negatif dari konflik di Timur Tengah menjadi salah satu pemicu pelemahan IHSG. Konflik antara Rusia dan Ukraina yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda dikhawatirkan akan berdampak pada perekonomian global.

“Konflik di Timur Tengah berpotensi memicu kenaikan harga minyak dunia, yang pada akhirnya dapat meningkatkan inflasi dan menekan kinerja emiten,” ujar Ivan.

Selain konflik di Timur Tengah, potensi kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed juga menjadi sentimen negatif bagi IHSG. The Fed diproyeksikan akan menaikkan suku bunga acuannya pada bulan Maret ini untuk meredam inflasi yang tinggi di AS.

Kenaikan suku bunga acuan The Fed dapat memicu outflow modal asing dari pasar saham Indonesia. Pasalnya, investor asing akan cenderung mencari investasi yang lebih menguntungkan di negara dengan suku bunga yang lebih tinggi.

“Sentimen negatif dari konflik di Timur Tengah dan potensi kenaikan suku bunga The Fed membuat investor cenderung wait and see dan melakukan aksi jual di pasar saham Indonesia,” kata Ivan.

Di tengah pelemahan IHSG, terdapat beberapa saham yang masih mencatatkan kenaikan harga. Saham-saham tersebut antara lain:

  • PT Bank Central Asia Tbk (BBCA): naik 0,86%
  • PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM): naik 0,59%
  • PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR): naik 0,44%

Meski beberapa saham masih mencatatkan kenaikan, Ivan menyarankan investor untuk tetap berhati-hati di tengah sentimen negatif yang masih membayangi pasar saham Indonesia.

“Investor disarankan untuk melakukan investasi secara selektif dan memantau perkembangan sentimen pasar secara berkala,” tutup Ivan.

IHSG ditutup melemah terbayang sentimen konflik di Timur Tengah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada Selasa (7/3), terbayang sentimen negatif dari konflik di Timur Tengah dan potensi kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.

Ada 5 aspek penting yang perlu dicermati terkait pelemahan IHSG ini:

  • Konflik Timur Tengah
  • Kenaikan suku bunga The Fed
  • Aksi jual investor asing
  • Pelemahan nilai tukar rupiah
  • Sentimen negatif pelaku pasar

Konflik di Timur Tengah dikhawatirkan akan berdampak pada perekonomian global, termasuk Indonesia. Sementara itu, kenaikan suku bunga The Fed dapat memicu outflow modal asing dari pasar saham Indonesia. Aksi jual investor asing, pelemahan nilai tukar rupiah, dan sentimen negatif pelaku pasar semakin memperburuk kondisi IHSG.

Investor disarankan untuk mencermati perkembangan situasi ini dan mengambil langkah investasi yang tepat. Diversifikasi investasi dan investasi jangka panjang dapat menjadi strategi yang tepat di tengah kondisi pasar yang tidak menentu.

Konflik Timur Tengah

Konflik di Timur Tengah menjadi salah satu sentimen negatif yang membayangi IHSG. Konflik antara Rusia dan Ukraina yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda dikhawatirkan akan berdampak pada perekonomian global, termasuk Indonesia.

Kenaikan harga minyak dunia akibat konflik di Timur Tengah dapat meningkatkan inflasi dan menekan kinerja emiten. Hal ini tentu saja menjadi kekhawatiran bagi investor, sehingga mereka cenderung melakukan aksi jual di pasar saham Indonesia.

Oleh karena itu, sangat penting bagi investor untuk mencermati perkembangan konflik di Timur Tengah dan mengantisipasi dampaknya terhadap pasar saham Indonesia.

Kenaikan suku bunga The Fed

Selain konflik di Timur Tengah, potensi kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed juga menjadi sentimen negatif bagi IHSG. The Fed diproyeksikan akan menaikkan suku bunga acuannya pada bulan Maret ini untuk meredam inflasi yang tinggi di AS.

Kenaikan suku bunga acuan The Fed dapat memicu outflow modal asing dari pasar saham Indonesia. Pasalnya, investor asing akan cenderung mencari investasi yang lebih menguntungkan di negara dengan suku bunga yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, investor perlu mencermati perkembangan kebijakan moneter The Fed dan mengantisipasi dampaknya terhadap pasar saham Indonesia.

Aksi jual investor asing

Salah satu faktor yang turut menekan IHSG adalah aksi jual investor asing. Tercatat, investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp1,08 triliun pada perdagangan Selasa (7/3).

Aksi jual investor asing ini terjadi karena kekhawatiran akan dampak konflik di Timur Tengah dan potensi kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed. Investor asing cenderung mencari investasi yang lebih aman dan menguntungkan di negara lain.

Pelemahan nilai tukar rupiah

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga menjadi salah satu faktor yang menekan IHSG. Pelemahan rupiah membuat investor asing cenderung menarik dananya dari pasar saham Indonesia karena nilai investasi mereka akan berkurang jika dikonversi ke mata uang asing.

Oleh karena itu, sangat penting bagi investor untuk mencermati perkembangan nilai tukar rupiah dan mengantisipasi dampaknya terhadap pasar saham Indonesia.

Sentimen negatif pelaku pasar

Selain faktor-faktor eksternal seperti konflik di Timur Tengah dan potensi kenaikan suku bunga The Fed, sentimen negatif pelaku pasar juga menjadi salah satu pemicu pelemahan IHSG. Pelaku pasar cenderung khawatir dan melakukan aksi jual di tengah ketidakpastian yang terjadi.

Ketidakpastian ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

  • Kekhawatiran akan dampak konflik di Timur Tengah terhadap perekonomian global
  • Kekhawatiran akan dampak kenaikan suku bunga The Fed terhadap pasar saham Indonesia
  • Kekhawatiran akan pelemahan nilai tukar rupiah

Sentimen negatif pelaku pasar ini dapat diperparah oleh pemberitaan negatif di media massa dan media sosial. Pemberitaan yang berlebihan dan tidak berimbang dapat menimbulkan kepanikan di kalangan investor dan memicu aksi jual.

Oleh karena itu, sangat penting bagi investor untuk tidak mudah terpengaruh oleh sentimen negatif pelaku pasar. Investor perlu melakukan riset dan analisis yang mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.