Ligaponsel.com – Pemimpin Hamas Sebut Perundingan Gencatan Senjata Buntu Karena Israel: Mereka Pilih Serang Rafah
Pemimpin Hamas menuduh Israel memilih menyerang Rafah, sehingga berujung pada kebuntuan perundingan gencatan senjata. Serangan ini menewaskan sedikitnya 30 warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membela serangan tersebut, dengan mengatakan bahwa serangan itu diperlukan untuk menghentikan serangan roket Hamas dari Gaza. Namun, Hamas membantah melakukan serangan roket tersebut.
Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan darurat pada hari Minggu (17/11) untuk membahas situasi di Gaza. Amerika Serikat telah meminta gencatan senjata segera, namun belum jelas apakah kedua belah pihak akan menyetujuinya.
Situasi di Gaza tetap tegang, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan atas kekerasan yang sedang berlangsung. Hamas mengatakan bahwa mereka siap berperang selama bertahun-tahun, sementara Israel mengatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan Hamas mengancam warga sipil Israel.
PBB memperkirakan bahwa lebih dari 2.000 warga Palestina telah tewas dalam konflik tersebut, sementara lebih dari 100 warga Israel juga telah tewas.
Pemimpin Hamas Sebut Perundingan Gencatan Senjata Buntu karena Israel
Lima aspek penting terkait pemberitaan ini:
- Tuduhan Hamas
- Pembelaan Israel
- Pertemuan DK PBB
- Sikap AS
- Korban jiwa
Tuduhan Hamas bahwa Israel memilih menyerang Rafah menjadi pemicu kebuntuan perundingan gencatan senjata. Israel berdalih serangan itu untuk menghentikan serangan roket Hamas. DK PBB akan membahas situasi ini, sementara AS meminta gencatan senjata segera. Konflik ini telah menewaskan ribuan warga Palestina dan ratusan warga Israel.
Tuduhan Hamas
Hamas menuding Israel dengan sengaja menyerang Rafah, sehingga menyebabkan macetnya perundingan gencatan senjata. Serangan ini menyebabkan sedikitnya 30 warga Palestina tewas, termasuk wanita dan anak-anak.
Pemimpin Hamas menuduh Israel telah mengingkari janjinya untuk menghentikan serangan udara di Gaza. Mereka juga mengatakan bahwa Israel telah menggunakan kekuatan yang berlebihan dan menargetkan warga sipil.
Pembelaan Israel
Israel membela serangan terhadap Rafah, dengan menyatakan bahwa serangan tersebut diperlukan untuk menghentikan serangan roket Hamas dari Gaza.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa Hamas telah menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia dan Israel melakukan segala yang mungkin untuk menghindari korban sipil.
Israel juga menuduh Hamas melanggar gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya.
Pertemuan DK PBB
Dewan Keamanan PBB (DK PBB) mengadakan pertemuan darurat untuk membahas situasi di Gaza setelah serangan Israel di Rafah yang menewaskan sedikitnya 30 warga Palestina.
DK PBB menyerukan gencatan senjata segera dan meminta kedua belah pihak untuk menahan diri.
Namun, belum jelas apakah Hamas dan Israel akan menyetujui gencatan senjata. Hamas mengatakan bahwa mereka siap berperang selama bertahun-tahun, sementara Israel mengatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan Hamas mengancam warga sipil Israel.
Sikap AS
Amerika Serikat telah meminta gencatan senjata segera di Gaza.
AS juga menyatakan keprihatinannya atas korban jiwa warga sipil dan menyerukan penyelidikan atas serangan di Rafah.
Namun, AS juga membela hak Israel untuk membela diri dari serangan roket Hamas.
AS mengatakan bahwa Hamas perlu menghentikan serangan roketnya agar gencatan senjata dapat tercapai.
Korban jiwa
Konflik antara Israel dan Palestina telah menyebabkan ribuan korban jiwa, baik dari pihak warga sipil maupun militer.
Menurut PBB, lebih dari 2.000 warga Palestina telah tewas dalam konflik ini, sementara lebih dari 100 warga Israel juga telah tewas.
Korban jiwa yang besar ini menunjukkan pentingnya menemukan solusi damai untuk konflik ini.