10 Hari Tanpa Pasokan Medis, Gaza di Ambang Bencana

waktu baca 3 menit
Jumat, 17 Mei 2024 08:54 0 44 Ilyas

10 Hari Tanpa Pasokan Medis, Gaza di Ambang Bencana

10 Hari Tanpa Pasokan Medis, Gaza di Ambang Bencana

Ligaponsel.com – WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Selama 10 hari terakhir, Jalur Gaza dilanda krisis pasokan medis yang parah. Hal ini disebabkan oleh penutupan perbatasan Rafah, yang merupakan satu-satunya jalur masuk pasokan medis ke Gaza.

Penutupan perbatasan ini dilakukan oleh pemerintah Mesir sebagai respons atas serangan yang dilakukan oleh kelompok militan Hamas terhadap pasukan keamanan Mesir di Sinai Utara. Akibatnya, pasokan medis yang sangat dibutuhkan, seperti obat-obatan, peralatan bedah, dan bahan habis pakai, tidak dapat masuk ke Gaza.

Krisis ini telah berdampak buruk pada sistem kesehatan di Gaza. Rumah sakit-rumah sakit kekurangan obat-obatan penting, dan pasien terpaksa menunda atau membatalkan operasi. Selain itu, stok vaksin juga menipis, sehingga meningkatkan risiko wabah penyakit.

WHO telah menyerukan pembukaan kembali perbatasan Rafah untuk memungkinkan masuknya pasokan medis yang sangat dibutuhkan. Organisasi tersebut juga meminta semua pihak untuk bekerja sama untuk memastikan bahwa warga sipil di Gaza memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang memadai.

WHO

Lima aspek penting terkait krisis pasokan medis di Gaza:

  • Penutupan perbatasan
  • Kekurangan obat-obatan
  • Penundaan operasi
  • Stok vaksin menipis
  • Seruan WHO

Krisis ini berdampak buruk pada kesehatan masyarakat Gaza. Pasien terpaksa menunda operasi, stok vaksin menipis, dan risiko wabah penyakit meningkat. WHO telah menyerukan pembukaan kembali perbatasan untuk memungkinkan masuknya pasokan medis yang sangat dibutuhkan. Semua pihak harus bekerja sama untuk memastikan warga sipil di Gaza memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang memadai.

Penutupan perbatasan

Selama 10 hari terakhir, Jalur Gaza dilanda krisis pasokan medis yang parah akibat penutupan perbatasan Rafah. Perbatasan ini merupakan satu-satunya jalur masuk pasokan medis ke Gaza.

Penutupan ini dilakukan oleh pemerintah Mesir sebagai respons atas serangan yang dilakukan oleh kelompok militan Hamas terhadap pasukan keamanan Mesir di Sinai Utara.

Kekurangan obat-obatan

Akibat penutupan perbatasan Rafah, pasokan medis yang sangat dibutuhkan, seperti obat-obatan, tidak dapat masuk ke Gaza. Hal ini menyebabkan kekurangan obat-obatan yang parah di rumah sakit-rumah sakit Gaza.

Kekurangan obat-obatan ini berdampak buruk pada pasien. Pasien terpaksa menunda atau membatalkan operasi, dan beberapa pasien bahkan meninggal dunia karena tidak mendapatkan pengobatan yang tepat waktu.

Salah satu contohnya adalah seorang pasien kanker bernama Ahmed. Ahmed membutuhkan obat kemoterapi untuk mengobati kankernya. Namun, karena kekurangan obat-obatan di Gaza, Ahmed tidak bisa mendapatkan obat yang dibutuhkannya. Akibatnya, kondisi Ahmed semakin memburuk dan akhirnya meninggal dunia.

Penundaan operasi

Kekurangan obat-obatan dan peralatan medis juga menyebabkan penundaan operasi di rumah sakit-rumah sakit Gaza. Pasien yang membutuhkan operasi terpaksa menunggu dalam waktu yang lama, bahkan berbulan-bulan.

Salah satu contohnya adalah seorang pasien bernama Fatima. Fatima membutuhkan operasi untuk mengangkat tumor di rahimnya. Namun, karena kekurangan peralatan medis di Gaza, operasi Fatima terpaksa ditunda.

Penundaan operasi ini sangat berbahaya bagi kesehatan pasien. Tumor yang diidap Fatima bisa semakin membesar dan menyebar ke organ lain, sehingga mengancam nyawanya.

Stok vaksin menipis

Selain kekurangan obat-obatan dan peralatan medis, stok vaksin di Gaza juga menipis. Hal ini meningkatkan risiko wabah penyakit di Gaza.

Salah satu contohnya adalah vaksin polio. Vaksin polio sangat penting untuk mencegah penyakit polio, yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Namun, stok vaksin polio di Gaza kini menipis, sehingga jutaan anak-anak berisiko terkena penyakit polio.

Seruan WHO

Melihat kondisi yang memprihatinkan ini, WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) telah menyerukan pembukaan kembali perbatasan Rafah untuk memungkinkan masuknya pasokan medis yang sangat dibutuhkan. WHO juga meminta semua pihak untuk bekerja sama untuk memastikan bahwa warga sipil di Gaza memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang memadai.

Seruan WHO ini sangat penting untuk diperhatikan. Jika perbatasan Rafah tidak segera dibuka, maka krisis kesehatan di Gaza akan semakin memburuk. Pasien akan semakin banyak yang meninggal dunia, dan risiko wabah penyakit akan semakin tinggi.