Rahasia Ibu Bekerja: Atasi Stres Merawat Anak Sambil Meniti Karier

waktu baca 5 menit
Minggu, 19 Mei 2024 02:24 0 4 Kinara

Rahasia Ibu Bekerja: Atasi Stres Merawat Anak Sambil Meniti Karier

Ligaponsel.com – Merawat Anak Sambil Bekerja, Wanita Lebih Rentan Stres

Di era modern seperti sekarang ini, banyak perempuan yang memutuskan untuk bekerja sambil mengurus anak. Hal ini tentu saja bukan perkara mudah. Perempuan yang bekerja sambil mengurus anak memiliki risiko lebih tinggi mengalami stres dibandingkan dengan perempuan yang hanya bekerja atau hanya mengurus anak saja.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan perempuan yang bekerja sambil mengurus anak lebih rentan stres. Pertama, mereka harus membagi waktu dan tenaga mereka antara pekerjaan dan keluarga. Hal ini bisa sangat melelahkan, baik secara fisik maupun emosional. Kedua, mereka seringkali merasa bersalah karena tidak bisa memberikan perhatian penuh kepada anak-anak mereka. Ketiga, mereka mungkin menghadapi diskriminasi atau prasangka dari rekan kerja atau anggota keluarga yang merasa bahwa perempuan seharusnya hanya fokus pada keluarga.

Stres yang berkepanjangan dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental perempuan. Mereka mungkin mengalami masalah seperti sakit kepala, gangguan tidur, kecemasan, dan depresi. Stres juga dapat berdampak pada hubungan mereka dengan anak-anak, pasangan, dan rekan kerja.

Jika Anda adalah seorang perempuan yang bekerja sambil mengurus anak, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi stres:

Merawat Anak Sambil Bekerja, Wanita Lebih Rentan Stres

Merawat anak sambil bekerja, bukan perkara mudah. Perempuan yang bekerja sambil mengurus anak memiliki risiko lebih tinggi mengalami stres.

5 Aspek Penting Merawat Anak Sambil Bekerja:

  1. Waktu dan tenaga terbagi antara pekerjaan dan keluarga
  2. Perasaan bersalah karena tidak bisa memberikan perhatian penuh kepada anak
  3. Diskriminasi atau prasangka dari rekan kerja atau anggota keluarga
  4. Dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental perempuan
  5. Stres berkepanjangan dapat memperburuk hubungan dengan anak, pasangan, dan rekan kerja

Merawat anak sambil bekerja memang tantangan besar. Namun, dengan persiapan dan dukungan yang cukup, perempuan dapat menjalani peran ganda ini dengan sukses.

Waktu dan tenaga terbagi antara pekerjaan dan keluarga

Menjadi seorang ibu bekerja berarti harus pintar-pintar membagi waktu dan tenaga. Di pagi hari, harus menyiapkan sarapan dan mengantarkan anak ke sekolah. Siang harinya, harus bekerja dan menyelesaikan tugas-tugas kantor. Sore harinya, harus menjemput anak, membuatkan makan malam, dan membantu mereka mengerjakan PR. Belum lagi kalau ada pekerjaan rumah tangga yang harus dikerjakan, seperti mencuci, menyapu, dan mengepel.

Membagi waktu dan tenaga antara pekerjaan dan keluarga memang tidak mudah. Tapi, dengan perencanaan yang baik dan dukungan dari suami atau anggota keluarga lainnya, semuanya bisa dijalani dengan baik.

Perasaan bersalah karena tidak bisa memberikan perhatian penuh kepada anak

Menjadi ibu bekerja, pasti sering merasa bersalah karena tidak bisa memberikan perhatian penuh kepada anak. Padahal, anak-anak sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.

Rasa bersalah ini bisa membuat ibu stres dan tertekan. Apalagi, kalau ditambah dengan komentar-komentar negatif dari orang sekitar, seperti “Kamu tega banget ninggalin anakmu demi kerja” atau “Anakmu pasti sedih ditinggal ibunya kerja”.

Padahal, ibu bekerja juga ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mereka bekerja bukan hanya untuk mencari uang, tapi juga untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anaknya.

Jadi, ibu bekerja tidak perlu merasa bersalah. Asalkan tetap memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup kepada anak-anaknya, mereka pasti akan mengerti dan menghargai perjuangan ibunya.

Diskriminasi atau prasangka dari rekan kerja atau anggota keluarga

Menjadi seorang ibu bekerja, seringkali menghadapi diskriminasi atau prasangka dari rekan kerja atau anggota keluarga. Ada yang menganggap bahwa perempuan seharusnya hanya fokus pada keluarga, dan tidak seharusnya bekerja di luar rumah. Ada juga yang menganggap bahwa ibu bekerja tidak bisa mengurus anak dengan baik, karena terlalu sibuk dengan pekerjaan.

Diskriminasi dan prasangka ini bisa membuat ibu bekerja stres dan tertekan. Mereka merasa tidak dihargai dan tidak didukung dalam pilihannya untuk bekerja. Padahal, ibu bekerja juga ingin memberikan yang terbaik untuk keluarganya, baik secara materi maupun emosional.

Jika Anda menghadapi diskriminasi atau prasangka sebagai ibu bekerja, jangan menyerah. Tetaplah percaya diri dan tunjukkan bahwa Anda bisa menjadi ibu dan pekerja yang sukses. Anda juga bisa mencari dukungan dari suami, keluarga, teman, atau komunitas ibu bekerja lainnya.

Dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental perempuan

Stres yang berkepanjangan akibat merawat anak sambil bekerja bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental perempuan. Secara fisik, perempuan bisa mengalami sakit kepala, gangguan tidur, kelelahan, dan penurunan daya tahan tubuh. Sementara secara mental, perempuan bisa mengalami kecemasan, depresi, dan perubahan suasana hati.

Dampak negatif ini bisa semakin parah jika perempuan tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari keluarga, teman, atau lingkungan kerja. Oleh karena itu, penting bagi perempuan yang bekerja sambil mengurus anak untuk menjaga kesehatan fisik dan mental mereka dengan baik.

Stres berkepanjangan dapat memperburuk hubungan dengan anak, pasangan, dan rekan kerja

Merawat anak sambil bekerja memang tantangan besar. Dampak negatif dari stres yang berkepanjangan tidak hanya pada kesehatan fisik dan mental, tapi juga pada hubungan dengan anak, pasangan, dan rekan kerja.

Stres dapat membuat ibu menjadi mudah marah dan tersinggung. Hal ini tentu saja dapat memperburuk hubungan dengan anak-anak. Selain itu, stres juga dapat membuat ibu menjadi mudah lelah dan kurang perhatian. Hal ini dapat memperburuk hubungan dengan pasangan.

Dalam lingkungan kerja, stres dapat membuat ibu menjadi kurang produktif dan sering melakukan kesalahan. Hal ini tentu saja dapat memperburuk hubungan dengan rekan kerja.