Selfie di Lokasi Bencana: Bukan Simpati, Tapi Gangguan Psikologis!

waktu baca 4 menit
Rabu, 22 Mei 2024 09:06 0 29 Kinara

Selfie di Lokasi Bencana: Bukan Simpati, Tapi Gangguan Psikologis!

Ligaponsel.com – Selfie di lokasi bencana akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat. Tak sedikit pihak menilai tindakan tersebut sebagai kurang etis dan tidak mencerminkan sikap empati. Psikolog pun angkat bicara, menyebut perilaku tersebut sebagai bukti gangguan psikologis.

Selfie di lokasi bencana memang dapat mengundang kontroversi. Ada yang berpendapat bahwa hal ini merupakan bentuk kepedulian dan keinginan untuk berbagi informasi tentang bencana yang terjadi. Namun, ada juga yang menilai tindakan tersebut sebagai upaya mencari perhatian dan sensasi.

Menurut psikolog, perilaku selfie di lokasi bencana bisa jadi merupakan indikasi adanya gangguan psikologis. Orang yang melakukan hal ini biasanya memiliki kecenderungan narsistik dan kurang empati. Mereka lebih mementingkan diri sendiri dan tidak peduli dengan perasaan orang lain.

Selain itu, selfie di lokasi bencana juga bisa menjadi bentuk pelarian dari kenyataan. Orang yang melakukannya mungkin merasa tidak berdaya menghadapi bencana yang terjadi, sehingga mereka mencari cara untuk mengalihkan perhatian dan membuat diri mereka merasa lebih baik.

Jadi, daripada selfie di lokasi bencana, lebih baik kita fokus pada tindakan nyata yang dapat membantu para korban. Kita bisa menyumbangkan bantuan, menjadi relawan, atau sekadar memberikan dukungan moral kepada mereka yang membutuhkan.

Selfie Di Lokasi Bencana Bukan Simpati Ini Bukti Gangguan Psikologi

Saat bencana terjadi, empati adalah kunci. Namun, ada saja yang memanfaatkan situasi untuk mencari perhatian. Psikolog menyebut perilaku ini sebagai gangguan psikologis. Keenam aspek berikut menjelaskan alasannya:

  • Kurang Empati: Pelaku tidak peduli perasaan korban.
  • Narsistik: Pelaku mementingkan diri sendiri.
  • Pelarian Realita: Pelaku lari dari kenyataan pahit.
  • Cari Sensasi: Pelaku ingin jadi pusat perhatian.
  • Gangguan Kepribadian: Pelaku memiliki masalah kepribadian.
  • Gangguan Kecemasan: Pelaku merasa cemas dan butuh pengakuan.

Jadi, daripada sibuk selfie, lebih baik bantu korban bencana. Donasi, jadi relawan, atau beri dukungan moral. Karena empati lebih berharga dari popularitas sesaat.

Kurang Empati: Pelaku tidak peduli perasaan korban.

Kalau lagi ada bencana, yang penting itu bantuin korban, bukan malah sibuk selfie. Emang ya, ada aja orang yang hatinya beku, nggak punya empati sama sekali.

Mereka cuma peduli sama diri sendiri, nggak peduli sama perasaan orang lain yang lagi susah. Nggak heran kalau psikolog bilang, perilaku kayak gini tuh termasuk gangguan psikologis.

Narsistik: Pelaku mementingkan diri sendiri.

Kalau lagi ada bencana, yang penting itu bantuin korban, bukan malah sibuk selfie. Emang ya, ada aja orang yang hatinya beku, nggak punya empati sama sekali.

Mereka cuma peduli sama diri sendiri, nggak peduli sama perasaan orang lain yang lagi susah. Nggak heran kalau psikolog bilang, perilaku kayak gini tuh termasuk gangguan psikologis.

Pelarian Realita

Kalau lagi bencana, yang penting bantu korban, bukan malah sibuk selfie. Soalnya, ada aja orang yang hatinya beku, nggak punya empati.

Mereka cuma peduli sama diri sendiri, nggak peduli perasaan orang lain yang lagi susah. Nggak heran kalau psikolog bilang, perilaku kayak gini tuh termasuk gangguan psikologis.

Cari Sensasi: Pelaku ingin jadi pusat perhatian.

Ada juga yang selfie di lokasi bencana buat cari sensasi. Mereka pengen jadi pusat perhatian, pengen dipuji sebagai pahlawan yang peduli sama korban.

Padahal, yang mereka lakuin itu justru bikin susah petugas yang lagi kerja. Bikin korban tambah sedih liat orang lain malah asyik foto-foto.

Gangguan Kepribadian

Orang yang suka selfie di lokasi bencana juga bisa jadi punya gangguan kepribadian. Mereka biasanya punya sifat narsis, antisosial, atau histrionik.

Orang dengan gangguan kepribadian narsis selalu merasa dirinya lebih penting dari orang lain. Mereka suka dipuji dan dikagumi, tapi nggak peduli sama perasaan orang lain.

Orang dengan gangguan kepribadian antisosial nggak punya empati sama sekali. Mereka nggak peduli sama aturan sosial dan sering melanggar hukum. Mereka juga suka menyakiti orang lain.

Orang dengan gangguan kepribadian histrionik selalu berusaha menarik perhatian. Mereka suka berpakaian mencolok dan bertingkah laku dramatis. Mereka juga sering berbohong dan memanipulasi orang lain.

Gangguan Kecemasan

Ada juga yang selfie di lokasi bencana karena merasa cemas dan butuh pengakuan. Mereka merasa nggak berdaya menghadapi bencana, jadi mereka mencari cara untuk merasa lebih baik.

Dengan selfie dan posting di media sosial, mereka berharap dapat perhatian dan pujian dari orang lain. Mereka ingin merasa dihargai dan divalidasi.