Dampak Kesehatan Mengerikan dari Longsor Krakatau yang Mengguncang

waktu baca 4 menit
Selasa, 21 Mei 2024 01:25 0 8 Kinara

Dampak Kesehatan Mengerikan dari Longsor Krakatau yang Mengguncang

Ligaponsel.com – Inilah Dampak Kesehatan dari 64 Hektar Longsoran Krakatau

Pada tanggal 22 Desember 2018, bencana mengerikan mengguncang Indonesia. Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda mengalami longsor dahsyat seluas 64 hektare, memicu tsunami yang menewaskan ratusan orang dan menyebabkan kerusakan yang meluas.

Selain dampak fisik, bencana ini juga menimbulkan dampak kesehatan yang signifikan bagi para penyintas. Berikut adalah beberapa masalah kesehatan yang dihadapi oleh para penyintas longsoran Krakatau:

  • Trauma psikologis: Melihat peristiwa mengerikan seperti tsunami dan longsor dapat menyebabkan trauma psikologis, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).
  • Cedera fisik: Longsoran dan tsunami dapat menyebabkan berbagai cedera fisik, seperti patah tulang, luka, dan memar.
  • Infeksi: Kondisi hidup yang buruk di pengungsian dapat meningkatkan risiko infeksi, seperti diare, infeksi saluran pernapasan, dan infeksi kulit.
  • Penyakit tidak menular: Bencana dapat mengganggu akses ke layanan kesehatan, sehingga memperburuk kondisi penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi.

Pemerintah dan organisasi kemanusiaan telah berupaya memberikan bantuan medis dan dukungan psikologis kepada para penyintas. Namun, masih banyak tantangan yang harus diatasi untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang mereka.

Kita semua harus mengambil pelajaran dari bencana ini dan meningkatkan upaya kita untuk mempersiapkan dan mengurangi dampak kesehatan dari bencana alam di masa depan.

Inilah Dampak Kesehatan Dari 64 Hektar Longsoran Krakatau

Bencana alam dapat menimbulkan dampak kesehatan yang signifikan, termasuk longsoran Krakatau yang terjadi pada tahun 2018. Berikut adalah 6 aspek penting yang berkaitan dengan dampak kesehatan dari bencana ini:

  • Trauma psikologis
  • Cedera fisik
  • Infeksi
  • Penyakit tidak menular
  • Gangguan kesehatan mental
  • Dampak jangka panjang

Dampak kesehatan dari bencana alam dapat bervariasi tergantung pada banyak faktor, seperti jenis bencana, tingkat keparahannya, dan karakteristik populasi yang terkena dampak. Dalam kasus longsoran Krakatau, dampak kesehatannya sangat besar, dengan banyak penyintas mengalami trauma psikologis, cedera fisik, dan penyakit.

Penting untuk menyadari dampak kesehatan potensial dari bencana alam dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risikonya. Hal ini termasuk mempersiapkan rencana darurat, membangun tempat perlindungan yang aman, dan mendidik masyarakat tentang cara tetap aman selama bencana.

Trauma psikologis

Bencana alam, seperti longsoran Krakatau, dapat menyebabkan trauma psikologis yang signifikan bagi para penyintas. Melihat peristiwa mengerikan seperti tsunami dan tanah longsor dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Gejala trauma psikologis dapat bervariasi, namun umumnya meliputi:

  • Kilas balik
  • Mimpi buruk
  • Kesulitan tidur
  • Kecemasan dan ketakutan
  • Penghindaran
  • Mati rasa

Trauma psikologis dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Penting bagi para penyintas bencana untuk mencari bantuan profesional jika mereka mengalami gejala trauma.

Cedera fisik

Longsoran dan tsunami yang terjadi akibat longsoran Krakatau dapat menyebabkan berbagai cedera fisik, seperti patah tulang, luka, dan memar. Cedera-cedera ini dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.

Selain cedera fisik yang terlihat, bencana alam juga dapat menyebabkan cedera internal, seperti kerusakan organ dan pendarahan dalam. Cedera-cedera ini mungkin tidak terlihat jelas, tetapi bisa sama berbahayanya dengan cedera fisik yang terlihat.

Penting bagi para penyintas bencana untuk mencari pertolongan medis segera setelah bencana terjadi, bahkan jika mereka merasa tidak terluka. Hal ini untuk memastikan bahwa mereka tidak mengalami cedera internal yang serius.

Infeksi

Kondisi hidup yang buruk di pengungsian dapat meningkatkan risiko infeksi, seperti diare, infeksi saluran pernapasan, dan infeksi kulit.

Infeksi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari yang ringan hingga yang mengancam jiwa. Penting bagi para penyintas bencana untuk menjaga kebersihan dan mencari pertolongan medis jika mereka mengalami gejala infeksi.

Penyakit tidak menular

Bencana alam dapat mengganggu akses ke layanan kesehatan, sehingga memperburuk kondisi penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi.

Penyakit tidak menular merupakan kondisi kronis yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan. Penting bagi para penyintas bencana untuk mengelola penyakit tidak menular mereka dengan baik, dengan cara minum obat sesuai petunjuk dokter dan menjalani gaya hidup sehat.

Gangguan kesehatan mental

Selain dampak fisik, bencana alam seperti longsoran Krakatau juga dapat menimbulkan dampak kesehatan mental yang signifikan. Para penyintas bencana mungkin mengalami kecemasan, depresi, atau gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Gangguan kesehatan mental dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, memengaruhi kemampuan seseorang untuk bekerja, belajar, dan bersosialisasi. Penting bagi para penyintas bencana untuk mencari bantuan profesional jika mereka mengalami gejala gangguan kesehatan mental.

Dampak Jangka Panjang

Bencana alam seperti longsoran Krakatau dapat menimbulkan dampak kesehatan jangka panjang bagi para penyintas. Dampak ini dapat berupa masalah kesehatan fisik, mental, dan sosial.

Dampak kesehatan jangka panjang dari bencana alam dapat meliputi:

  • Penyakit kronis, seperti penyakit jantung, stroke, dan kanker
  • Gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan PTSD
  • Kecacatan fisik
  • Masalah sosial, seperti kemiskinan dan tunawisma

Penting bagi para penyintas bencana untuk menyadari potensi dampak kesehatan jangka panjang dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risikonya. Hal ini termasuk menjalani gaya hidup sehat, mengelola stres, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan.