Faktaplasentaakretapenyebabplasentatidakterlepassetelahpersalinan.
Plasenta akreta adalah kondisi ketika plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim. Akibatnya, plasenta tidak dapat terlepas dengan sendirinya setelah melahirkan. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab utama perdarahan hebat setelah melahirkan.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya plasenta akreta, antara lain:
- Riwayat operasi caesar sebelumnya
- Plasenta previa (plasenta yang letaknya di bagian bawah rahim)
- Usia ibu yang sudah tua
- Riwayat keguguran atau aborsi
Gejala plasenta akreta biasanya tidak muncul selama kehamilan. Namun, setelah melahirkan, ibu dapat mengalami perdarahan hebat yang tidak kunjung berhenti. Selain itu, ibu juga dapat mengalami nyeri perut yang hebat.
Penanganan plasenta akreta memerlukan tindakan operasi. Tindakan operasi bertujuan untuk mengangkat plasenta yang menempel pada dinding rahim. Dalam beberapa kasus, dokter terpaksa mengangkat rahim untuk menyelamatkan nyawa ibu.
Plasenta akreta merupakan kondisi yang serius dan dapat mengancam nyawa ibu. Oleh karena itu, penting untuk segera mencari pertolongan medis jika Anda mengalami gejala-gejala plasenta akreta setelah melahirkan.
Fakta Plasenta Akreta Penyebab Plasenta Tidak Terlepas Setelah Persalinan
Plasenta akreta, kondisi serius saat plasenta menempel terlalu dalam di rahim, menyebabkan komplikasi persalinan.
Berikut 6 aspek penting:
- Penyebab: Caesar sebelumnya, plasenta previa
- Gejala: Perdarahan hebat setelah melahirkan
- Risiko: Usia ibu tua, riwayat keguguran
- Diagnosis: USG
- Penanganan: Operasi pengangkatan plasenta/rahim
- Bahaya: Pendarahan hebat, kematian ibu
Plasenta akreta dapat dicegah dengan menghindari faktor risiko seperti operasi caesar berulang. Penanganan tepat sangat penting untuk menyelamatkan nyawa ibu.
Penyebab
Plasenta akreta bisa terjadi karena beberapa hal. Salah satunya adalah riwayat operasi caesar sebelumnya. Pasalnya, saat operasi caesar, dinding rahim mengalami luka yang bisa menjadi tempat menempelnya plasenta pada kehamilan berikutnya.
Selain itu, plasenta previa juga bisa meningkatkan risiko plasenta akreta. Plasenta previa adalah kondisi ketika plasenta letaknya di bagian bawah rahim, sehingga menutupi jalan lahir.
Gejala
Plasenta akreta seringkali tidak menunjukkan gejala selama kehamilan. Namun, setelah melahirkan, ibu dapat mengalami perdarahan hebat yang tidak kunjung berhenti. Ini terjadi karena plasenta yang menempel terlalu dalam tidak dapat terlepas dengan sendirinya.
Selain perdarahan hebat, ibu juga dapat mengalami nyeri perut yang hebat. Nyeri ini disebabkan oleh kontraksi rahim yang berusaha mengeluarkan plasenta.
Risiko
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya plasenta akreta, di antaranya:
- Usia ibu yang sudah tua
- Riwayat keguguran atau aborsi
Semakin tua usia ibu, semakin tinggi risiko terjadinya plasenta akreta. Hal ini karena seiring bertambahnya usia, elastisitas rahim berkurang, sehingga plasenta lebih sulit terlepas setelah melahirkan.
Riwayat keguguran atau aborsi juga dapat meningkatkan risiko plasenta akreta. Hal ini karena keguguran atau aborsi dapat menyebabkan luka pada rahim, yang menjadi tempat menempelnya plasenta pada kehamilan berikutnya.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis plasenta akreta, diperlukan pemeriksaan USG. USG adalah pemeriksaan pencitraan yang menggunakan gelombang suara untuk melihat kondisi rahim dan plasenta.
Melalui pemeriksaan USG, dokter dapat melihat apakah plasenta menempel terlalu dalam ke dinding rahim. USG juga dapat digunakan untuk melihat apakah ada kelainan lain pada rahim atau plasenta.
Penanganan
Jika plasenta tidak dapat terlepas dengan sendirinya, dokter akan melakukan operasi untuk mengangkatnya. Operasi ini disebut histerektomi.
Dalam histerektomi, dokter akan mengangkat rahim beserta plasentanya. Operasi ini biasanya dilakukan jika plasenta telah tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim dan tidak dapat diangkat tanpa merusak rahim.
Bahaya
Plasenta akreta bisa sangat berbahaya. Kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan hebat yang tidak berhenti setelah melahirkan. Pendarahan hebat ini dapat mengancam jiwa ibu jika tidak segera ditangani.
Selain itu, plasenta akreta juga dapat menyebabkan kematian ibu. Hal ini dapat terjadi jika plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim dan tidak dapat diangkat tanpa merusak rahim. Dalam kasus ini, dokter terpaksa mengangkat rahim untuk menyelamatkan nyawa ibu.