Ligaponsel.com – DBD kembali merenggut satu nyawa bocah di Gunungkidul. Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul pun mengeluhkan stok abate yang menipis.
Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan, stok abate di gudang Dinkes Gunungkidul saat ini hanya tersisa 500 kilogram (kg). Jumlah itu tidak akan cukup untuk memenuhi permintaan masyarakat.
“Stok abate kita menipis. Saat ini hanya tersisa 500 kg. Padahal, permintaan dari masyarakat cukup tinggi,” kata Dewi, Rabu (15/2/2023).
Dewi menjelaskan, permintaan abate dari masyarakat meningkat sejak awal tahun 2023. Hal ini seiring dengan meningkatnya kasus DBD di Gunungkidul.
“Pada Januari 2023, tercatat ada 102 kasus DBD di Gunungkidul. Jumlah ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 75 kasus,” jelas Dewi.
Dewi mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap DBD. Masyarakat diimbau untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan mengubur tempat penampungan air, serta menggunakan obat nyamuk dan kelambu.
“Selain itu, masyarakat juga bisa meminta abate ke Dinkes Gunungkidul atau ke puskesmas terdekat,” pungkas Dewi.
DB Kembali Renggut Satu Nyawa Bocah, Dinkes Gunungkidul Keluhkan Stok Abathe Menipis
Kasus DBD di Gunungkidul meningkat, satu nyawa bocah melayang, dan stok abate menipis menjadi sorotan utama.
Lima aspek penting terkait topik ini meliputi:
- Kasus DBD meningkat
- Satu nyawa bocah melayang
- Stok abate menipis
- Imbauan PSN 3M Plus
- Permintaan abate tinggi
Peningkatan kasus DBD menjadi perhatian serius, apalagi hingga merenggut nyawa. Menipisnya stok abate juga menjadi kendala dalam upaya pengendalian DBD. Masyarakat diimbau untuk melakukan PSN 3M Plus dan meminta abate ke Dinkes atau puskesmas terdekat. Dengan bekerja sama, kita dapat mencegah penyebaran DBD dan melindungi masyarakat dari bahaya penyakit ini.
Kasus DBD meningkat
Kasus DBD di Gunungkidul sedang mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti musim hujan yang menyebabkan banyak genangan air, kurangnya kesadaran masyarakat tentang bahaya DBD, dan rendahnya cakupan vaksinasi DBD.
Peningkatan kasus DBD berdampak negatif pada kesehatan masyarakat. DBD dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti dehidrasi, syok, dan bahkan kematian. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang DBD dan melakukan upaya pencegahan, seperti PSN 3M Plus dan vaksinasi DBD.
Satu nyawa bocah melayang
DB kembali merenggut satu nyawa bocah di Gunungkidul. Tragedi ini menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan terhadap penyakit mematikan ini. Bocah malang yang menjadi korban DB harusnya bisa menikmati masa kecilnya, namun penyakit ini merenggut nyawanya begitu cepat.
Kasus ini menjadi tamparan keras bagi kita semua. DB bukan penyakit yang bisa dianggap remeh. Peningkatan kasus DB di Gunungkidul harus menjadi perhatian serius, dan kita harus bekerja sama untuk mencegah jatuhnya lebih banyak korban.
Stok abate menipis
Stok abate, obat pembasmi jentik nyamuk, di Gunungkidul menipis. Hal ini disebabkan oleh permintaan yang tinggi dari masyarakat, seiring dengan meningkatnya kasus DBD. Kekurangan abate ini tentu menjadi kendala dalam upaya pencegahan DBD.
Tanpa abate, masyarakat kesulitan untuk membasmi jentik nyamuk di lingkungan mereka. Padahal, jentik nyamuk merupakan salah satu faktor utama penyebaran virus DBD. Jika tidak segera diatasi, kekuarangan abate ini dapat memperburuk situasi DBD di Gunungkidul.
Imbauan PSN 3M Plus
Selain menggunakan abate, masyarakat juga bisa melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu:
- Menguras tempat penampungan air
- Menutup tempat penampungan air
- Mengubur tempat penampungan air
- Menggunakan obat nyamuk dan kelambu
Dengan melakukan PSN 3M Plus secara rutin, kita dapat mencegah berkembangnya jentik-jentik nyamuk penular DBD.
Permintaan abate tinggi
Permintaan abate di Gunungkidul meningkat pesat seiring dengan meningkatnya kasus DBD. Masyarakat berbondong-bondong mencari abate untuk membasmi jentik-jentik nyamuk di lingkungan mereka.
Tingginya permintaan abate ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai sadar akan bahaya DBD. Namun, di sisi lain, hal ini juga menjadi tantangan bagi pemerintah setempat untuk menyediakan abate dalam jumlah yang cukup.