Skrining TBC Surabaya Digalakkan, Bebas TBC 2030!

waktu baca 5 menit
Jumat, 17 Mei 2024 08:21 0 46 Silvy

Skrining TBC Surabaya Digalakkan, Bebas TBC 2030!

Skrining TBC Surabaya Digalakkan, Bebas TBC 2030!

Ligaponsel.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya gencar melakukan skrining penderita TBC (tuberkulosis) di Kota Surabaya. Pengendalian risiko penularan menjadi fokus utama dalam upaya penanggulangan TBC di kota pahlawan ini.

Kepala Dinkes Surabaya, Nanik Sukristina, mengatakan, skrining TBC dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari penemuan kasus aktif (TCA), pemeriksaan kontak erat, hingga pemeriksaan orang dengan gejala menyerupai TBC.

Nanik menjelaskan, TCA merupakan upaya aktif untuk menemukan kasus TBC di masyarakat, dengan mendatangi rumah-rumah warga dan melakukan pemeriksaan dahak. “Pemeriksaan kontak erat dilakukan pada orang-orang yang pernah kontak erat dengan penderita TBC, untuk mengetahui apakah mereka tertular atau tidak,” katanya.

Selain itu, Dinkes Surabaya juga melakukan pemeriksaan pada orang dengan gejala menyerupai TBC, seperti batuk berdahak lebih dari dua minggu, batuk berdarah, dan penurunan berat badan. “Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan rontgen dada dan pemeriksaan dahak,” terang Nanik.

Nanik menambahkan, pengendalian risiko penularan TBC dilakukan dengan memberikan pengobatan pada penderita TBC secara teratur dan lengkap. Pengobatan TBC biasanya berlangsung selama enam bulan, dengan kombinasi beberapa jenis obat.

“Selain pengobatan, Dinkes Surabaya juga melakukan upaya pencegahan penularan TBC, seperti promosi kesehatan, penyuluhan, dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang TBC,” imbuhnya.

Nanik berharap, dengan gencarnya skrining dan pengendalian risiko penularan, kasus TBC di Surabaya dapat ditekan. “Kami targetkan Surabaya bebas TBC pada tahun 2030,” pungkasnya.

Dinkes Surabaya Gencar Skrining Penderita TBC, Pengendalian Resiko Penularan Jadi Fokus Utama

Penyakit TBC (tuberkulosis) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian serius. Di Surabaya, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat gencar melakukan skrining penderita TBC untuk mengendalikan risiko penularan. Beberapa aspek penting terkait upaya ini meliputi:

  • Skrining Intensif: Dinkes Surabaya melakukan skrining TBC secara aktif melalui penemuan kasus aktif (TCA), pemeriksaan kontak erat, dan pemeriksaan pada orang dengan gejala menyerupai TBC.
  • Pengobatan Teratur: Penderita TBC harus menjalani pengobatan secara teratur dan lengkap selama enam bulan untuk mencegah resistensi obat dan kesembuhan yang optimal.
  • Pencegahan Penularan: Dinkes Surabaya melakukan promosi kesehatan, penyuluhan, dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang TBC untuk mencegah penularan.
  • Target Surabaya Bebas TBC: Dinkes Surabaya menargetkan Surabaya bebas TBC pada tahun 2030 melalui berbagai upaya pengendalian dan pencegahan.
  • Kerja Sama Lintas Sektor: Pengendalian TBC membutuhkan kerja sama lintas sektor, termasuk dengan puskesmas, rumah sakit, dan organisasi masyarakat.

Dengan menggencarkan skrining, memberikan pengobatan yang tepat, dan melakukan upaya pencegahan yang komprehensif, diharapkan kasus TBC di Surabaya dapat ditekan dan target Surabaya bebas TBC pada tahun 2030 dapat tercapai.

Skrining Intensif: Dinkes Surabaya gencar melakukan skrining TBC secara aktif melalui penemuan kasus aktif (TCA), pemeriksaan kontak erat, dan pemeriksaan pada orang dengan gejala menyerupai TBC.

Dalam upaya mengendalikan TBC, Dinkes Surabaya melakukan skrining secara intensif untuk menemukan kasus-kasus TBC di masyarakat. Skrining ini dilakukan melalui penemuan kasus aktif (TCA), yaitu dengan mendatangi rumah-rumah warga dan melakukan pemeriksaan dahak. Selain itu, pemeriksaan juga dilakukan pada orang-orang yang pernah kontak erat dengan penderita TBC, serta pada orang-orang yang memiliki gejala menyerupai TBC, seperti batuk berdahak lebih dari dua minggu, batuk berdarah, dan penurunan berat badan.

Pengobatan Teratur: Penderita TBC harus menjalani pengobatan secara teratur dan lengkap selama enam bulan untuk mencegah resistensi obat dan kesembuhan yang optimal.

Pengobatan TBC sangat penting untuk mencegah komplikasi dan kematian. Penderita TBC harus menjalani pengobatan secara teratur dan lengkap selama enam bulan, meskipun sudah merasa sembuh. Pengobatan TBC biasanya menggunakan kombinasi beberapa jenis obat, yang harus diminum setiap hari sesuai dengan dosis dan waktu yang ditentukan oleh dokter.

Pengobatan yang tidak teratur atau tidak lengkap dapat menyebabkan resistensi obat, yang membuat pengobatan TBC menjadi lebih sulit dan mahal. Oleh karena itu, sangat penting bagi penderita TBC untuk mematuhi pengobatan yang diberikan oleh dokter.

Pencegahan Penularan: Dinkes Surabaya melakukan promosi kesehatan, penyuluhan, dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang TBC untuk mencegah penularan.

Selain melakukan skrining dan pengobatan, Dinkes Surabaya juga berupaya mencegah penularan TBC di masyarakat. Upaya pencegahan ini dilakukan melalui promosi kesehatan, penyuluhan, dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang TBC.

Promosi kesehatan dilakukan melalui berbagai media, seperti media massa, media sosial, dan kegiatan-kegiatan di masyarakat. Penyuluhan dilakukan oleh petugas kesehatan di puskesmas, sekolah, dan tempat-tempat umum lainnya.

Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang TBC, diharapkan masyarakat dapat memahami cara penularan TBC, gejala-gejalanya, dan cara pencegahannya. Dengan demikian, masyarakat dapat berperan aktif dalam mencegah penularan TBC di lingkungan mereka.

Target Surabaya Bebas TBC

Pemerintah Kota Surabaya menargetkan Surabaya bebas TBC pada tahun 2030. Target ini merupakan bagian dari upaya pengendalian dan pencegahan TBC yang dilakukan oleh Dinkes Surabaya.

Untuk mencapai target tersebut, Dinkes Surabaya melakukan berbagai upaya, antara lain:

  • Skrining TBC secara intensif
  • Pengobatan TBC secara teratur dan lengkap
  • Pencegahan penularan TBC
  • Kerja sama lintas sektor

Dengan melakukan berbagai upaya tersebut, Dinkes Surabaya berharap dapat menekan kasus TBC di Surabaya dan mencapai target Surabaya bebas TBC pada tahun 2030.

Kerja Sama Lintas Sektor: Pengendalian TBC membutuhkan kerja sama lintas sektor, termasuk dengan puskesmas, rumah sakit, dan organisasi masyarakat.

Pengendalian TBC membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, tidak hanya dari pemerintah tetapi juga dari masyarakat. Dinkes Surabaya bekerja sama dengan puskesmas, rumah sakit, dan organisasi masyarakat untuk meningkatkan skrining, pengobatan, dan pencegahan TBC di Surabaya.

Dengan kerja sama lintas sektor ini, diharapkan upaya pengendalian TBC di Surabaya dapat lebih efektif dan efisien. Semua pihak dapat saling bahu membahu untuk mencapai target Surabaya bebas TBC pada tahun 2030.