Ligaponsel.com – Seperti Inilah Fungsi Otak Pengidap Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan pembatasan asupan makanan yang berlebihan, ketakutan akan kenaikan berat badan, dan gangguan citra tubuh. Gangguan ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk kerusakan jantung, osteoporosis, dan masalah kesuburan.
Studi pencitraan otak telah menunjukkan bahwa pengidap anoreksia nervosa memiliki perubahan pada struktur dan fungsi otak mereka. Perubahan ini diyakini berkontribusi terhadap gejala gangguan, termasuk pembatasan asupan makanan, ketakutan akan kenaikan berat badan, dan gangguan citra tubuh.
Salah satu perubahan paling menonjol pada otak pengidap anoreksia nervosa adalah penurunan volume materi abu-abu di korteks prefrontal. Korteks prefrontal terlibat dalam berbagai fungsi, termasuk pengambilan keputusan, pengendalian impuls, dan pengaturan emosi. Penurunan volume materi abu-abu di area otak ini dapat berkontribusi terhadap gejala gangguan, seperti kesulitan mengendalikan asupan makanan dan mengatur emosi.
Perubahan lain yang terlihat pada otak pengidap anoreksia nervosa adalah peningkatan aktivitas di ganglia basal. Ganglia basal terlibat dalam berbagai fungsi, termasuk gerakan, kebiasaan, dan penghargaan. Peningkatan aktivitas di area otak ini dapat berkontribusi terhadap gejala gangguan, seperti kecenderungan untuk melakukan aktivitas berulang (seperti menghitung kalori atau menimbang diri sendiri) dan mencari hadiah (seperti merasa senang setelah membatasi asupan makanan).
Studi pencitraan otak telah memberikan wawasan penting tentang perubahan otak yang terjadi pada anoreksia nervosa. Perubahan ini diyakini berkontribusi terhadap gejala gangguan dan dapat membantu menginformasikan pengembangan perawatan baru.
Seperti Inilah Fungsi Otak Pengidap Anoreksia Nervosa
Otak pengidap anoreksia nervosa mengalami perubahan yang memengaruhi perilaku makan, citra tubuh, dan emosi mereka.
Berikut adalah 5 aspek penting terkait fungsi otak pengidap anoreksia nervosa:
- Penurunan volume materi abu-abu di korteks prefrontal
- Peningkatan aktivitas di ganglia basal
- Gangguan dalam sistem penghargaan otak
- Perubahan dalam konektivitas fungsional otak
- Pengaruh faktor genetik dan lingkungan
Perubahan-perubahan ini dapat menyebabkan berbagai gejala anoreksia nervosa, termasuk pembatasan asupan makanan yang berlebihan, ketakutan akan kenaikan berat badan, dan gangguan citra tubuh. Penting untuk memahami perubahan-perubahan ini untuk mengembangkan perawatan yang efektif bagi pengidap anoreksia nervosa.
Penurunan volume materi abu-abu di korteks prefrontal
Korteks prefrontal adalah bagian otak yang bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan, pengendalian impuls, dan pengaturan emosi. Pada pengidap anoreksia nervosa, terjadi penurunan volume materi abu-abu di area otak ini, yang dapat menyebabkan kesulitan mengendalikan asupan makanan dan mengatur emosi.
Peningkatan aktivitas di ganglia basal
Ganglia basal adalah bagian otak yang terlibat dalam gerakan, kebiasaan, dan penghargaan. Pada pengidap anoreksia nervosa, terjadi peningkatan aktivitas di area otak ini, yang dapat menyebabkan kecenderungan untuk melakukan aktivitas berulang (seperti menghitung kalori atau menimbang diri sendiri) dan mencari hadiah (seperti merasa senang setelah membatasi asupan makanan).
Gangguan dalam sistem penghargaan otak
Sistem penghargaan otak melepaskan dopamin, neurotransmitter yang membuat kita merasa senang dan termotivasi. Pada pengidap anoreksia nervosa, sistem penghargaan otak terganggu, sehingga mereka tidak mendapatkan kesenangan yang sama dari makan seperti orang lain. Hal ini dapat menyebabkan pembatasan asupan makanan yang berlebihan, karena mereka mencoba untuk memicu sistem penghargaan mereka dengan cara lain, seperti dengan berolahraga berlebihan atau membatasi asupan kalori.
Perubahan dalam konektivitas fungsional otak
Konektivitas fungsional otak mengacu pada bagaimana area otak yang berbeda berkomunikasi satu sama lain. Pada pengidap anoreksia nervosa, terjadi perubahan dalam konektivitas fungsional otak, yang dapat menyebabkan gangguan dalam pemrosesan informasi dan pengaturan emosi.
Sebagai contoh, penelitian telah menunjukkan bahwa pengidap anoreksia nervosa memiliki konektivitas fungsional yang lebih lemah antara korteks prefrontal dan ganglia basal. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mengendalikan impuls dan mengatur emosi, yang dapat berkontribusi terhadap gejala gangguan, seperti pembatasan asupan makanan yang berlebihan dan ketakutan akan kenaikan berat badan.
Pengaruh Faktor Genetik dan Lingkungan
Selain perubahan pada struktur dan fungsi otak, faktor genetik dan lingkungan juga memainkan peran dalam perkembangan anoreksia nervosa.
Studi menunjukkan bahwa riwayat keluarga anoreksia nervosa meningkatkan risiko mengembangkan gangguan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik berperan dalam kerentanan terhadap anoreksia nervosa.
Faktor lingkungan juga dapat berkontribusi terhadap perkembangan anoreksia nervosa. Tekanan sosial untuk kurus, paparan ideal tubuh yang tidak realistis, dan trauma dapat meningkatkan risiko mengembangkan gangguan tersebut.
Kombinasi faktor genetik dan lingkungan dapat saling berinteraksi dan meningkatkan risiko mengembangkan anoreksia nervosa.