Tragedi DBD Kembali Merenggut Nyawa, Gunungkidul Krisis Abate

waktu baca 4 menit
Jumat, 17 Mei 2024 11:57 0 11 Pasha

Tragedi DBD Kembali Merenggut Nyawa, Gunungkidul Krisis Abate

Tragedi DBD Kembali Merenggut Nyawa, Gunungkidul Krisis Abate

DBD Kembali Renggut Satu Nyawa Bocah, Dinkes Gunungkidul Keluhkan Stok Abathe Menipis

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali memakan korban jiwa di Gunungkidul. Seorang bocah berusia 7 tahun asal Padukuhan Karangasem, Kalurahan Karangtengah, Kapanewon Wonosari meninggal dunia akibat penyakit tersebut pada Selasa (8/2/2023).

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty, membenarkan adanya kasus kematian akibat DBD tersebut. Ia mengatakan, bocah tersebut sempat dirawat di RSUD Wonosari selama 4 hari sebelum akhirnya meninggal dunia.

“Iya benar, ada satu kasus kematian akibat DBD. Korbannya adalah seorang anak berusia 7 tahun,” kata Dewi saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (9/2/2023).

Menurut Dewi, kasus DBD di Gunungkidul memang mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir. Hingga saat ini, tercatat sudah ada 100 kasus DBD di Gunungkidul, dengan 1 kasus kematian.

“Kasus DBD memang mengalami peningkatan. Kami mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin,” ujar Dewi.

Selain itu, Dewi juga mengeluhkan menipisnya stok abate di Gunungkidul. Ia mengatakan, saat ini stok abate di gudang Dinkes Gunungkidul hanya tersisa 100 kg.

“Stok abate kami menipis. Kami sudah mengajukan permintaan tambahan ke provinsi, namun belum ada respons,” kata Dewi.

Dewi berharap, pemerintah provinsi segera mengirimkan bantuan abate ke Gunungkidul agar upaya pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan secara optimal.

DBD Kembali Renggut Satu Nyawa Bocah, Dinkes Gunungkidul Keluhkan Stok Abathe Menipis

Kasus DBD meningkat, korban jiwa berjatuhan, stok abate menipis.

Beberapa aspek penting terkait berita ini:

  • Kasus DBD meningkat
  • Korban jiwa berjatuhan
  • Stok abate menipis
  • Pemberantasan sarang nyamuk
  • Upaya pencegahan DBD
  • Peran pemerintah

Semua aspek ini saling terkait dan penting untuk diperhatikan dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD. Pemerintah daerah perlu meningkatkan upaya pemberantasan sarang nyamuk dan memastikan ketersediaan stok abate yang cukup. Masyarakat juga perlu berperan aktif dalam melakukan PSN dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Kasus DBD Meningkat

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Gunungkidul terus mengalami peningkatan. Hingga saat ini, tercatat sudah ada 100 kasus DBD di Gunungkidul, dengan 1 kasus kematian.

Peningkatan kasus DBD ini harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak. Pemerintah daerah perlu meningkatkan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan memastikan ketersediaan stok abate yang cukup. Masyarakat juga perlu berperan aktif dalam melakukan PSN dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Korban jiwa berjatuhan

Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali merenggut nyawa seorang bocah di Gunungkidul. Bocah berusia 7 tahun asal Padukuhan Karangasem, Kalurahan Karangtengah, Kapanewon Wonosari itu meninggal dunia pada Selasa (8/2/2023) setelah dirawat di RSUD Wonosari selama 4 hari.

Kasus kematian akibat DBD ini menjadi peringatan keras bagi kita semua. DBD adalah penyakit yang berbahaya dan bisa berakibat fatal, terutama pada anak-anak.

Meningkatnya kasus DBD di Gunungkidul harus menjadi perhatian serius. Pemerintah daerah, masyarakat, dan semua pihak terkait harus bekerja sama untuk mencegah penyebaran penyakit ini.

Stok abate menipis

Stok abate di Gunungkidul menipis. Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty, mengatakan stok abate di gudang Dinkes Gunungkidul hanya tersisa 100 kg.

Akibatnya, upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di Gunungkidul terhambat. Padahal, PSN merupakan salah satu upaya penting untuk mencegah penyebaran DBD.

Dewi berharap, pemerintah provinsi segera mengirimkan bantuan abate ke Gunungkidul. “Kami sudah mengajukan permintaan tambahan ke provinsi, namun belum ada respons,” katanya.

Pemberantasan sarang nyamuk

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terus meningkat di Gunungkidul, bahkan sudah memakan korban jiwa. Pemerintah daerah pun kesulitan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) karena stok abate menipis.

Padahal, PSN merupakan salah satu upaya penting untuk mencegah penyebaran DBD. Masyarakat diimbau untuk berperan aktif dalam melakukan PSN dengan cara menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, dan menimbun barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

Upaya pencegahan DBD

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Gunungkidul terus mengalami peningkatan, bahkan sudah memakan korban jiwa. Pemerintah daerah pun kesulitan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) karena stok abate menipis.

Padahal, PSN merupakan salah satu upaya penting untuk mencegah penyebaran DBD. Masyarakat diimbau untuk berperan aktif dalam melakukan PSN dengan cara menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, dan menimbun barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

Selain PSN, masyarakat juga perlu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mencegah DBD. PHBS mencakup kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, menutup makanan dan minuman, serta menggunakan kelambu saat tidur.

Dengan melakukan PSN dan PHBS, masyarakat dapat membantu mencegah penyebaran DBD dan melindungi diri sendiri dan keluarga dari penyakit berbahaya ini.

Peran Pemerintah

Pemerintah memiliki peran penting dalam mencegah dan mengendalikan DBD. Pemerintah daerah perlu meningkatkan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan memastikan ketersediaan stok abate yang cukup.

Selain itu, pemerintah juga perlu mengedukasi masyarakat tentang bahaya DBD dan pentingnya PSN dan PHBS. Dengan bekerja sama, pemerintah dan masyarakat dapat mencegah penyebaran DBD dan melindungi masyarakat dari penyakit berbahaya ini.