Perang Dagang AS-China Memanas, Ekonomi Indonesia di Ambang Bahaya

waktu baca 3 menit
Jumat, 17 Mei 2024 20:16 0 34 Pasha

Perang Dagang AS-China Memanas, Ekonomi Indonesia di Ambang Bahaya

Perang Dagang AS-China Memanas, Ekonomi Indonesia di Ambang Bahaya

Ligaponsel.com – “AS & China ‘Perang’ Lagi, Indonesia Bisa Gigit Jari”

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Indonesia, yang berada di antara dua negara raksasa ini, bisa terkena dampak negatif dari perang dagang ini.

Menurut ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, perang dagang antara AS dan China dapat berdampak pada perekonomian Indonesia melalui beberapa saluran. Pertama, perang dagang dapat menyebabkan penurunan permintaan ekspor Indonesia ke kedua negara tersebut. Kedua, perang dagang dapat menyebabkan kenaikan harga barang-barang impor Indonesia dari kedua negara tersebut. Ketiga, perang dagang dapat menyebabkan ketidakpastian ekonomi global, yang dapat berdampak negatif pada investasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah-langkah untuk memitigasi dampak negatif dari perang dagang antara AS dan China. Langkah-langkah tersebut antara lain:

  • Diversifikasi pasar ekspor Indonesia
  • Meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia
  • Menarik investasi asing langsung
  • Meningkatkan kerja sama ekonomi regional

Dengan mengambil langkah-langkah tersebut, pemerintah Indonesia dapat membantu meminimalkan dampak negatif dari perang dagang antara AS dan China, dan memastikan bahwa perekonomian Indonesia tetap tumbuh.

AS & China ‘Perang’ Lagi, Indonesia Bisa Gigit Jari

Perang dagang antara AS dan China memanas, Indonesia terdampak.

Lima aspek penting yang perlu diperhatikan:

  1. Penurunan ekspor
  2. Kenaikan harga impor
  3. Ketidakpastian ekonomi
  4. Diversifikasi pasar
  5. Daya saing produk

Indonesia perlu mengambil langkah untuk memitigasi dampak negatif, seperti diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan daya saing produk. Dengan begitu, Indonesia dapat meminimalisir dampak buruk perang dagang dan menjaga pertumbuhan ekonomi.

Penurunan ekspor

Perang dagang antara AS dan China bisa bikin ekspor Indonesia gigit jari. Soalnya, kedua negara ini adalah tujuan ekspor utama Indonesia. Kalau mereka lagi perang dagang, permintaan barang dari Indonesia bisa turun. Akibatnya, ekspor Indonesia bisa menurun dan ekonomi Indonesia bisa terdampak.

Misalnya, pada tahun 2018, ekspor Indonesia ke AS mencapai USD 22,9 miliar dan ekspor Indonesia ke China mencapai USD 27,1 miliar. Jika perang dagang berlanjut, ekspor Indonesia ke kedua negara tersebut bisa turun signifikan.

Kenaikan harga impor

Perang dagang antara AS dan China juga bisa bikin harga barang impor Indonesia naik. Soalnya, banyak barang yang diimpor Indonesia berasal dari kedua negara tersebut. Kalau mereka lagi perang dagang, harga barang dari mereka bisa naik. Akibatnya, harga barang impor di Indonesia bisa naik dan bikin masyarakat Indonesia gigit jari.

Misalnya, pada tahun 2018, Indonesia mengimpor barang senilai USD 30,8 miliar dari AS dan USD 44,6 miliar dari China. Jika perang dagang berlanjut, harga barang impor dari kedua negara tersebut bisa naik signifikan.

Ketidakpastian ekonomi

Perang dagang antara AS dan China juga bisa bikin ekonomi Indonesia nggak pasti. Soalnya, perang dagang ini bisa bikin investor takut investasi di Indonesia. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melambat dan masyarakat Indonesia bisa gigit jari.

Misalnya, pada tahun 2018, investasi asing langsung (FDI) di Indonesia mencapai USD 32,9 miliar. Jika perang dagang berlanjut, FDI di Indonesia bisa turun signifikan.

Diversifikasi pasar

Indonesia perlu melakukan diversifikasi pasar ekspornya agar tidak terlalu bergantung pada AS dan China. Dengan melakukan diversifikasi pasar, Indonesia dapat mengurangi risiko dampak negatif dari perang dagang antara kedua negara tersebut.

Beberapa negara yang dapat menjadi target diversifikasi pasar ekspor Indonesia antara lain:

  • India
  • Jepang
  • Korea Selatan
  • ASEAN
  • Uni Eropa

Daya saing produk

Selain diversifikasi pasar, Indonesia juga perlu meningkatkan daya saing produk ekspornya. Caranya adalah dengan meningkatkan kualitas dan inovasi produk. Dengan produk yang berkualitas dan inovatif, Indonesia dapat bersaing dengan negara lain di pasar global.

Salah satu contoh produk Indonesia yang memiliki daya saing tinggi adalah kopi. Kopi Indonesia dikenal dengan rasanya yang unik dan khas. Akibatnya, kopi Indonesia banyak diminati di pasar global. Pada tahun 2018, Indonesia mengekspor kopi senilai USD 1,4 miliar.