Rahasia di Balik Runtuhnya Kekuatan Dolar AS: Inflasi yang Melandai

waktu baca 3 menit
Kamis, 16 Mei 2024 10:36 0 9 Uni

Rahasia di Balik Runtuhnya Kekuatan Dolar AS: Inflasi yang Melandai

Ligaponsel.com – Gegara Meredanya Inflasi, Otot Dolar AS Letoy

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat. Pada perdagangan Selasa (28/2), rupiah ditutup di level Rp 15.190 per dolar AS, menguat 0,26% dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.

Penguatan rupiah ini terjadi seiring dengan meredanya inflasi di Amerika Serikat. Data dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa inflasi pada Januari 2023 tercatat sebesar 6,4% secara tahunan (year-on-year/yoy), turun dari 6,5% pada Desember 2022. Penurunan inflasi ini membuat ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed menjadi lebih dovish.

Selain itu, penguatan rupiah juga didukung oleh masuknya aliran modal asing ke Indonesia. Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa pada Januari 2023, terjadi net inflow modal asing sebesar Rp 6,4 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp 3,1 triliun di pasar saham.

Penguatan rupiah ini tentu menjadi kabar baik bagi perekonomian Indonesia. Sebab, rupiah yang kuat akan membuat biaya impor menjadi lebih murah, sehingga dapat membantu menurunkan inflasi di dalam negeri. Selain itu, rupiah yang kuat juga akan membuat investasi asing menjadi lebih menarik, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Gegara Meredanya Inflasi, Otot Dolar AS Letoy

Rupiah perkasa, dolar AS terkapar! Ini lima alasannya:

  1. Inflasi AS mereda
  2. Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed menurun
  3. Aliran modal asing masuk ke Indonesia
  4. Rupiah kuat, biaya impor turun
  5. Investasi asing lebih menarik

Dengan meredanya inflasi, otot dolar AS menjadi letoy. Rupiah pun berjaya, membawa angin segar bagi perekonomian Indonesia. Saatnya kita rayakan kemenangan ini!

Inflasi AS mereda

Siapa sangka, otot dolar AS yang biasanya kekar, kini jadi letoy? Rahasianya cuma satu: inflasi AS yang mereda.

Ya, inflasi di Negeri Paman Sam itu sudah mulai turun, dari 6,5% di Desember 2022 menjadi 6,4% di Januari 2023. Walaupun turunnya cuma sedikit, tapi dampaknya besar banget buat dolar AS.

Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed menurun

Turunnya inflasi AS membuat ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed menjadi lebih dovish. Artinya, pasar memperkirakan The Fed tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga ke depannya.

Ekspektasi ini membuat dolar AS melemah, karena investor mulai beralih ke aset-aset yang lebih berisiko, seperti saham dan obligasi negara berkembang. Alhasil, otot dolar AS pun jadi letoy.

Aliran modal asing masuk ke Indonesia

Siapa bilang Indonesia nggak seksi di mata investor asing? Buktinya, aliran modal asing terus masuk ke Tanah Air. Pada Januari 2023 aja, ada Rp 6,4 triliun dana asing yang masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp 3,1 triliun ke pasar saham.

Masuknya modal asing ini membuat rupiah semakin perkasa, karena menambah pasokan dolar AS di pasar. Alhasil, otot dolar AS pun jadi letoy deh!

Rupiah kuat, biaya impor turun

Dengan rupiah yang perkasa, biaya impor jadi turun. Ini kabar baik banget buat kita semua, karena harga barang-barang impor bakal lebih murah.

Contohnya, harga iPhone yang selama ini selangit, bisa jadi lebih terjangkau. Atau, harga baju-baju branded dari luar negeri juga bisa lebih murah. Asyik kan?

Investasi asing lebih menarik

Rupiah yang perkasa membuat investasi di Indonesia jadi lebih menarik di mata investor asing. Kenapa? Karena dengan rupiah yang kuat, nilai investasi mereka jadi lebih tinggi.

Contohnya, kalau dulu investor asing mau investasi Rp 1 miliar di Indonesia, mereka harus mengeluarkan sekitar USD 66.000. Tapi sekarang, dengan rupiah yang lebih kuat, mereka cuma perlu mengeluarkan sekitar USD 65.000. Lumayan kan selisihnya?