Gejala Awal dan Cara Mengatasi Lupus pada Anak yang Wajib Diketahui

waktu baca 4 menit
Kamis, 16 Mei 2024 10:57 0 12 Andre

Gejala Awal dan Cara Mengatasi Lupus pada Anak yang Wajib Diketahui

Gejala Awal dan Cara Mengatasi Lupus pada Anak yang Wajib Diketahui

Ligaponsel.com – Gejala dan pengobatan lupus pada anak perlu diketahui. Pasalnya, penyakit ini dapat menyerang siapa saja, termasuk anak-anak. Lupus adalah penyakit autoimun yang menyebabkan tubuh memproduksi antibodi yang menyerang jaringannya sendiri. Hal ini dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada berbagai organ tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal, dan jantung.

Gejala lupus pada anak dapat bervariasi, tergantung pada organ tubuh mana yang terkena. Beberapa gejala umum meliputi:

  • Ruam kulit berbentuk kupu-kupu di wajah
  • Nyeri dan bengkak pada sendi
  • Kelelahan
  • Demam
  • Penurunan berat badan
  • Rambut rontok
  • Sariawan

Jika anak Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan ke dokter. Diagnosis lupus ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium. Pengobatan lupus pada anak bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah kerusakan organ. Pengobatan dapat meliputi:

  • Obat-obatan antiinflamasi
  • Obat-obatan imunosupresif
  • Terapi fisik
  • Terapi okupasi

Dengan pengobatan yang tepat, sebagian besar anak dengan lupus dapat hidup sehat dan normal. Namun, penting untuk melakukan kontrol rutin ke dokter untuk memantau perkembangan penyakit dan menyesuaikan pengobatan sesuai kebutuhan.

Gejala dan pengobatan lupus pada anak

Mengenali gejala awal sangat penting untuk penanganan lupus pada anak. Berikut 6 aspek penting yang perlu diketahui:

  • Ruam kulit seperti kupu-kupu
  • Nyeri dan bengkak sendi
  • Kelelahan terus-menerus
  • Obat antiinflamasi
  • Terapi fisik
  • Kontrol rutin ke dokter

Dengan mengenali gejala awal dan mendapatkan pengobatan yang tepat, anak-anak dengan lupus dapat hidup sehat dan normal. Jadi, jangan ragu untuk segera berkonsultasi ke dokter jika anak Anda mengalami gejala-gejala tersebut.

Ruam kulit seperti kupu-kupu

Salah satu gejala lupus pada anak yang paling khas adalah ruam kulit berbentuk kupu-kupu. Ruam ini biasanya muncul di wajah, menutupi hidung dan pipi. Bentuknya yang menyerupai sayap kupu-kupu membuat ruam ini mudah dikenali.

Ruam kulit pada lupus disebabkan oleh peradangan pada pembuluh darah kecil di kulit. Peradangan ini menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan kebocoran sel darah merah, sehingga kulit menjadi merah dan bengkak. Ruam kulit pada lupus biasanya tidak gatal atau nyeri, tetapi bisa terasa hangat saat disentuh.

Jika anak Anda mengalami ruam kulit berbentuk kupu-kupu, segera konsultasikan ke dokter. Ruam ini bisa jadi merupakan gejala lupus atau penyakit autoimun lainnya.

Nyeri dan bengkak sendi

Lupus juga dapat menyebabkan nyeri dan bengkak pada sendi. Gejala ini biasanya terjadi pada sendi-sendi kecil di tangan, pergelangan tangan, dan lutut. Nyeri dan bengkak sendi pada lupus dapat bersifat ringan hingga berat, dan dapat menyebabkan kesulitan bergerak.

Nyeri dan bengkak sendi pada lupus disebabkan oleh peradangan pada lapisan sendi. Peradangan ini menyebabkan penumpukan cairan di dalam sendi, sehingga sendi menjadi bengkak dan nyeri. Gejala ini dapat membaik dengan pengobatan, tetapi dapat kambuh kembali jika penyakit lupus tidak terkontrol.

Kelelahan terus-menerus

Anak-anak dengan lupus sering mengalami kelelahan yang luar biasa. Kelelahan ini dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti sekolah, bermain, dan bersosialisasi.

Kelelahan pada lupus disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk peradangan, kurang darah merah, dan gangguan tidur. Pengobatan lupus dapat membantu mengurangi kelelahan, tetapi penting bagi anak-anak untuk beristirahat cukup dan menghindari aktivitas yang terlalu berat.

Obat antiinflamasi

Pengobatan lupus pada anak bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah kerusakan organ. Salah satu jenis obat yang biasa digunakan adalah obat antiinflamasi. Obat ini berfungsi untuk mengurangi peradangan yang terjadi pada tubuh anak akibat lupus.

Obat antiinflamasi yang biasa digunakan untuk mengobati lupus pada anak adalah golongan obat nonsteroid antiinflamasi (OAINS) dan kortikosteroid. OAINS bekerja dengan cara menghambat produksi zat kimia peradangan yang disebut prostaglandin. Sedangkan kortikosteroid bekerja dengan cara menekan sistem kekebalan tubuh, sehingga mengurangi peradangan.

Pemberian obat antiinflamasi pada anak dengan lupus harus dilakukan sesuai dengan petunjuk dokter. Hal ini karena obat antiinflamasi dapat menimbulkan efek samping, seperti gangguan pencernaan, sakit kepala, dan peningkatan risiko infeksi.

Terapi fisik

Selain pengobatan medis, anak dengan lupus juga dapat menjalani terapi fisik. Terapi fisik bertujuan untuk membantu anak meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot, serta mengurangi nyeri dan kekakuan sendi. Terapi fisik juga dapat membantu anak meningkatkan keseimbangan dan koordinasi, serta mencegah terjadinya kontraktur (pemendekan otot).

Terapi fisik biasanya dilakukan oleh fisioterapis yang berpengalaman dalam menangani anak dengan lupus. Terapis akan menyusun program latihan khusus yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak. Latihan-latihan yang diberikan biasanya meliputi latihan rentang gerak, latihan penguatan otot, dan latihan keseimbangan.

Kontrol rutin ke dokter

Anak dengan lupus perlu melakukan kontrol rutin ke dokter untuk memantau perkembangan penyakit dan menyesuaikan pengobatan sesuai kebutuhan. Kontrol rutin biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan, atau lebih sering jika penyakit sedang aktif.

Saat kontrol rutin, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, menanyakan gejala yang dialami anak, dan melakukan tes laboratorium. Tes laboratorium yang dilakukan biasanya meliputi tes darah dan tes urin. Hasil pemeriksaan dan tes laboratorium akan digunakan dokter untuk menilai aktivitas penyakit dan menentukan pengobatan yang tepat.

Kontrol rutin ke dokter sangat penting untuk anak dengan lupus. Dengan kontrol rutin, dokter dapat memantau perkembangan penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi.