Ligaponsel.com – Setelah Uki eks Sheila On 7 memutuskan hijrah dan kini meyakini musik adalah haram, berbeda dengan Sakti yang tetap bermusik meski juga sudah hijrah sejak lama.
Keputusan Uki untuk meninggalkan dunia musik tentu mengejutkan banyak pihak, termasuk para penggemarnya. Namun, bagi Sakti, keputusan Uki tersebut adalah sebuah pilihan pribadi yang harus dihormati.
“Setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing. Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita kepada orang lain,” ujar Sakti saat dihubungi Ligaponsel.com, Sabtu (26/3/2023).
Sakti sendiri mengaku tidak pernah terpikir untuk meninggalkan dunia musik, meski sudah hijrah. Menurutnya, musik adalah bagian dari hidupnya dan tidak bertentangan dengan ajaran agama yang dianutnya.
“Musik itu bisa menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan positif. Selama liriknya tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan ajaran agama, maka menurut saya tidak masalah,” jelas Sakti.
Sakti menambahkan, hijrah bukan berarti harus meninggalkan semua kesenangan duniawi. Justru, hijrah seharusnya membuat seseorang menjadi lebih baik, termasuk dalam berkarya.
“Hijrah itu bukan berarti kita harus berubah menjadi orang lain. Kita tetap bisa menjadi diri kita sendiri, tapi dengan versi yang lebih baik,” pungkas Sakti.
Beda dari Uki yang Yakini Musik Haram, Sakti Eks Sheila On 7 Tetap Bermusik Meski Sudah Hijrah Sejak Lama
Perbedaan sikap dua eks personel Sheila On 7, Uki dan Sakti, terkait musik setelah hijrah memunculkan lima aspek penting:
- Keyakinan pribadi: Uki meyakini musik haram, sedangkan Sakti tidak.
- Jalan hidup: Setiap orang memiliki jalan hidup masing-masing, termasuk dalam bermusik.
- Musik sebagai pesan: Musik dapat menjadi sarana menyampaikan pesan positif.
- Hijrah bukan meninggalkan dunia: Hijrah justru harus membuat seseorang menjadi lebih baik, termasuk dalam berkarya.
- Versi diri yang lebih baik: Hijrah bukan berarti harus berubah menjadi orang lain, melainkan menjadi versi diri yang lebih baik.
Kelima aspek tersebut saling terkait dan membentuk pandangan yang berbeda antara Uki dan Sakti tentang musik setelah hijrah. Keputusan Uki untuk meninggalkan musik adalah sebuah pilihan pribadi yang harus dihormati, sementara Sakti memilih untuk tetap bermusik karena meyakini bahwa musik dapat menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan positif.
Pada akhirnya, perbedaan sikap Uki dan Sakti menunjukkan bahwa hijrah adalah sebuah perjalanan pribadi yang unik bagi setiap orang. Tidak ada satu cara yang benar atau salah untuk hijrah, selama itu membuat seseorang menjadi lebih baik dan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Keyakinan pribadi: Uki meyakini musik haram, sedangkan Sakti tidak.
Perbedaan keyakinan ini menjadi faktor utama yang membedakan sikap Uki dan Sakti terhadap musik setelah hijrah. Uki berpegang teguh pada keyakinannya bahwa musik adalah haram, sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan dunia musik. Sementara Sakti tidak serta-merta meninggalkan musik, karena ia tidak meyakini bahwa musik itu haram.
Keputusan Uki untuk meninggalkan musik tentu mengejutkan banyak pihak, termasuk para penggemarnya. Namun, bagi Sakti, keputusan tersebut adalah sebuah pilihan pribadi yang harus dihormati. Setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing, dan kita tidak bisa memaksakan kehendak kita kepada orang lain.
Jalan hidup: Setiap orang memiliki jalan hidup masing-masing, termasuk dalam bermusik.
Setiap orang dilahirkan dengan jalan hidup yang berbeda-beda. Ada yang ditakdirkan menjadi musisi, ada yang menjadi dokter, ada yang menjadi pengusaha, dan sebagainya. Jalan hidup ini tidak bisa dipaksakan, karena setiap orang memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda-beda.
Dalam kasus Uki dan Sakti, keduanya memiliki jalan hidup yang berbeda dalam bermusik. Uki memilih untuk meninggalkan dunia musik setelah hijrah, sementara Sakti tetap memilih untuk bermusik.
Keputusan Uki untuk meninggalkan musik tentu mengejutkan banyak pihak, termasuk para penggemarnya. Namun, bagi Sakti, keputusan tersebut adalah sebuah pilihan pribadi yang harus dihormati. Setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing, dan kita tidak bisa memaksakan kehendak kita kepada orang lain.
Musik sebagai pesan: Musik dapat menjadi sarana menyampaikan pesan positif.
Dalam dunia yang penuh hiruk pikuk ini, musik hadir sebagai oase yang mampu menenangkan jiwa dan menyampaikan pesan-pesan positif. Nada-nada yang mengalun indah dapat menyentuh hati dan pikiran, menginspirasi kita untuk menjadi lebih baik.
Seperti halnya Sakti eks Sheila On 7 yang tetap bermusik meski sudah hijrah sejak lama. Bagi Sakti, musik bukanlah sekadar hiburan, melainkan sebuah sarana untuk menyampaikan pesan-pesan positif dan menginspirasi banyak orang.
Hijrah bukan meninggalkan dunia: Hijrah justru harus membuat seseorang menjadi lebih baik, termasuk dalam berkarya.
Berbeda dengan Uki yang memilih meninggalkan dunia musik setelah hijrah, Sakti justru berpendapat bahwa hijrah bukanlah alasan untuk meninggalkan dunia yang dicintai. Menurutnya, hijrah justru harus membuat seseorang menjadi lebih baik, termasuk dalam berkarya.
Bagi Sakti, musik adalah sarana untuk menyampaikan pesan-pesan positif dan menginspirasi banyak orang. Ia percaya bahwa musik dapat menjadi alat untuk kebaikan, selama lirik dan pesan yang disampaikan sesuai dengan ajaran agama.
Versi diri yang lebih baik: Hijrah bukan berarti harus berubah menjadi orang lain, melainkan menjadi versi diri yang lebih baik.
Hijrah bukanlah sebuah transformasi total yang membuat seseorang harus meninggalkan jati dirinya. Justru, hijrah harus menjadi sebuah perjalanan menuju versi diri yang lebih baik, dengan tetap mempertahankan nilai-nilai positif yang sudah ada.
Dalam konteks Sakti eks Sheila On 7, hijrah tidak membuatnya berhenti bermusik. Ia justru semakin semangat berkarya dan menyampaikan pesan-pesan positif melalui musiknya. Bagi Sakti, musik adalah sarana untuk menginspirasi banyak orang dan menjadi versi diri yang lebih baik.