Ligaponsel.com – Istana Bahran, saksi bisu kejayaan Kesultanan Kotapinang, kini tinggal puing-puing.
Istana megah yang terletak di pinggir Sungai Barito, Kalimantan Selatan ini, menyimpan banyak cerita tentang masa lalu. Dibangun pada abad ke-18, istana ini menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Kotapinang yang berkuasa pada masa itu.
Kesultanan Kotapinang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-19, ketika dipimpin oleh Sultan Adam. Pada masa itu, istana ini menjadi tempat diselenggarakannya berbagai upacara adat dan kenegaraan. Namun, kejayaan Kesultanan Kotapinang berakhir pada tahun 1860, ketika Belanda menaklukkan wilayah tersebut.
Setelah dikuasai Belanda, istana ini sempat digunakan sebagai tempat tinggal para pejabat kolonial. Namun, seiring berjalannya waktu, istana ini mulai rusak dan terbengkalai.
Kini, Istana Bahran hanya tinggal puing-puing. Namun, reruntuhannya masih bisa dilihat hingga sekarang. Puing-puing istana ini menjadi pengingat akan kejayaan Kesultanan Kotapinang yang pernah berkuasa di wilayah Kalimantan Selatan.
Istana Bahran, Saksi Kerajaan Kotapinang yang Kini Tinggal Puing
Situs bersejarah, saksi bisu kejayaan, kini tinggal kenangan.
Lima aspek penting Istana Bahran:
- Pusat pemerintahan Kesultanan Kotapinang
- Tempat upacara adat dan kenegaraan
- Saksi kejayaan Kesultanan Kotapinang
- Dikuasai Belanda setelah Kesultanan Kotapinang runtuh
- Kini tinggal puing, pengingat kejayaan masa lalu
Puing-puing Istana Bahran menjadi pengingat akan kejayaan Kesultanan Kotapinang yang pernah berkuasa di wilayah Kalimantan Selatan. Istana ini menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting dalam sejarah Kesultanan Kotapinang, mulai dari upacara adat hingga peristiwa politik. Meskipun kini tinggal puing, Istana Bahran tetap menjadi situs bersejarah yang penting untuk dilestarikan sebagai pengingat akan kejayaan masa lalu.
Pusat pemerintahan Kesultanan Kotapinang
Istana Bahran merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Kotapinang. Di istana inilah Sultan Kotapinang menjalankan roda pemerintahan dan mengatur wilayah kekuasaannya. Istana Bahran menjadi simbol kejayaan dan kekuasaan Kesultanan Kotapinang pada masa itu.
Sebagai pusat pemerintahan, Istana Bahran memiliki peran penting dalam mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat Kesultanan Kotapinang. Dari istana ini, Sultan mengeluarkan perintah dan keputusan yang mengatur segala urusan pemerintahan, mulai dari politik, ekonomi, hingga sosial budaya.
Istana Bahran juga menjadi tempat penyelenggaraan upacara-upacara adat dan kenegaraan. Upacara-upacara ini menjadi sarana untuk memperkuat ikatan antara Sultan dengan rakyatnya, serta untuk menunjukkan kejayaan dan kemakmuran Kesultanan Kotapinang.
Tempat upacara adat dan kenegaraan
Selain menjadi pusat pemerintahan, Istana Bahran juga menjadi tempat diselenggarakannya berbagai upacara adat dan kenegaraan Kesultanan Kotapinang. Upacara-upacara ini bertujuan untuk memperkuat ikatan antara Sultan dengan rakyatnya, serta menunjukkan kejayaan dan kemakmuran Kesultanan Kotapinang.
Salah satu upacara adat yang paling penting adalah upacara penobatan Sultan. Upacara ini menandai pengangkatan seorang Sultan baru dan menjadi simbol peralihan kekuasaan. Selain itu, ada juga upacara pernikahan kerajaan, upacara kelahiran anak Sultan, dan upacara kematian Sultan.
Upacara-upacara kenegaraan yang diselenggarakan di Istana Bahran antara lain upacara penyambutan tamu negara, upacara pengangkatan pejabat kerajaan, dan upacara peringatan hari besar Islam.
Saksi kejayaan Kesultanan Kotapinang
Istana Bahran menjadi saksi bisu kejayaan Kesultanan Kotapinang. Kesultanan ini mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-19, ketika dipimpin oleh Sultan Adam. Pada masa itu, Istana Bahran menjadi pusat pemerintahan dan penyelenggaraan berbagai upacara adat dan kenegaraan.
Salah satu bukti kejayaan Kesultanan Kotapinang adalah dibangunnya Masjid Agung Al-Mukarramah pada tahun 1840. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Kalimantan Selatan dan menjadi simbol kemegahan Kesultanan Kotapinang pada masa itu.
Dikuasai Belanda setelah Kesultanan Kotapinang runtuh
Kejayaan Kesultanan Kotapinang berakhir pada tahun 1860, ketika Belanda menaklukkan wilayah tersebut. Istana Bahran pun ikut dikuasai oleh Belanda.
Pada masa penjajahan Belanda, Istana Bahran sempat digunakan sebagai tempat tinggal para pejabat kolonial. Namun, seiring berjalannya waktu, istana ini mulai rusak dan terbengkalai.
Kini tinggal puing, pengingat kejayaan masa lalu
Istana Bahran, saksi bisu kejayaan Kesultanan Kotapinang, kini hanya tinggal puing-puing. Namun, reruntuhannya masih bisa dilihat hingga sekarang, menjadi pengingat akan kejayaan masa lalu.
Istana megah yang terletak di pinggir Sungai Barito, Kalimantan Selatan ini, dibangun pada abad ke-18. Istana ini menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Kotapinang yang berkuasa pada masa itu. Kesultanan Kotapinang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-19, ketika dipimpin oleh Sultan Adam.